EXTRA PART 1

4.6K 80 8
                                    

[ NATHAN DAN BULAN ]

Bulan mengerjabkan matanya perlahan. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah Nathan yang masih tertidur didalam pelukannya.

Bulan mengusap pelan surai rambut Nathan. Seukir senyuman terbit diwajahnya. Untuk sekian kalinya, Bulan terpesona dengan wajah tampan Nathan.

Nathan membuka matanya secara perlahan. Ia melihat wajah Bulan yang tengah tersenyum menatapnya.

"Kenapa? Terpesona hm?" tanya Nathan dengan suara khas bangun tidur.

Bulan terkekeh mendengar pertanyaan dari Nathan, "Enggak perlu gua jawab, lo pasti udah tau jawabannya Nath."

Nathan tertawa lalu mengecup singkat pipi kanan dan kiri milik Bulan. Ia merasa bahagia memiliki Bulan didalam hidupnya. Tanpa Bulan, mungkin Nathan tidak akan tahu apa itu artinya kebahagiaan sesungguhnya.

Tiba-tiba seorang anak kecil laki-laki masuk kedalam kamar milik Nathan dan Bulan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Sontak Nathan ingin marah atas sikap tidak sopan putranya.

Tapi niatnya ia urungkan saat melihat mata sembab putranya tersebut. Nathan dan Bulan saling melempar tatapan yang sama-sama merasa kebingungan.

Nathan dan Bulan sudah memiliki satu putra yang berusia empat tahun. Putra mereka bernama Naghelan Salazar, atau yang kerap disapa Ghelan.

"Ghelan, bunda sama ayah mau ngomong, sini naik," ujar Nathan menatap putranya dengan tatapan datar.

Ghelan dengan cepat menaiki kasur milik kedua orang tuanya dan menghampiri mereka dengan bibir yang sedikit dimajukan. Ia menatap kedua orang tuanya dengan tatapan memelas.

Nathan mengulurkan tangannya mengusap pelan puncak kepala putranya. Ia tersenyum lembut lalu mengecup pipi gembul yang dimiliki Ghelan.

"Ghelan, ada masalah?" tanya lembut Nathan menaikan satu alisnya.

"Mau cerita sama bunda dan ayah alasan kenapa Ghelan menangis?" Bulan membawa Ghelan kedalam pangkuannya lalu dengan sigap Bulan menghapus air mata yang masih mengalir dipipi putranya.

"Ghelan takut, tadi pas bangun tidur Ghelan enggak ngelihat bunda sama ayah disamping Ghelan," jawab Ghelan mulai mengeluarkan air matanya kembali.

Nathan dengan sigap menghapus jejak air mata yang membasahi pipi putranya. Lalu ia mengusap pelan punggung tangan mungil milik Ghelan.

"Ghelan, dengerin ayah, Ghelan udah besar bukan?" tanya Nathan menatap putranya dan Ghelan mengangguk.

"Kalau Ghelan udah besar, berarti Ghelan harus belajar untuk mulai terbiasa tidur sendiri, emang Ghelan mau terus selalu bergantung sama bunda dan ayah sehingga Ghelan enggak bisa mandiri? Ghelan adalah anak yang berani bukan?"

"T-tapi Ghelan takut ayah."

"Gapapa sayang, nanti juga pasti Ghelan terbiasa kan," ujar Bulan mengelus lembut surai rambut putranya.

"Iya bunda, maafin Ghelan karena udah enggak sopan masuk kekamar bunda dan ayah tanpa mengetuk pintu dulu," Ghelan lantas menatap Nathan dan Bulan merasa bersalah.

Memang sejak kecil Ghelan sudah diajarkan oleh Nathan dan Bulan tentang sopan dan santun. Terutama jika ingin memasuki kamar seseorang harus mengetuk pintu dulu, karena itu adalah privasi.

"Gapapa sayang, asalkan enggak diulangi lagi, okay?" ucap Bulan tersenyum.

"Okay bunda."

"Anak ayah bunda tambah pinter ya sekarang," puji Nathan dan Bulan serempak lalu secara bersamaan mencium pipi Ghelan. Nathan mencium pipi Ghelan sebelah kiri dan Bulan sebelah kanan.

3 pasutri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang