01

2.8K 189 37
                                    




50 komentar baru aku lanjut yepp,

Jangan lupa ramaikan paragraf!!!






.

.

.


Sumire bukannya tidak mau mengikuti pilihan hatinya untuk menerima kehadiran sosok yang kembali dalam kehidupannya sekali lagi.

Setelah membutuhkan waktu sangat lama, hampir 12 tahun lamanya usai kerusakan parah yang terjadi di desa Konoha. Pria itu kembali, dia meminta maaf secara hormat kepada seluruh penduduk atas masalah yang dia ciptakan belasan tahun silam.
Ada sebuah perasaan kecewa, disaat semua orang memaafkan pria tersebut. Sumire memilih untuk tak menanggapi apa-apa.

Biar bagaimanapun laki-laki itu adalah anak dari seorang Hokage di desa ini. Mereka juga tahu bahwa penyebab seluruh masalah itu terjadi memang bukan karena pria tersebut... melainkan makhluk yang bersemayam di dalam dirinya.

12 tahun bukanlah waktu yang singkat bagi semua orang bangkit dari keterpurukan. Desa ini kembali kokoh pun berkat usaha dan kerja keras semua orang. Mereka bertaruh atas seluruh duka yang menyelimuti penghuni Konoha satu persatu. Dan pada akhirnya, permintaan maaf dari Uzumaki Boruto di terima baik oleh seluruh penduduk. 


“Kau masih belum punya waktu luang?” gadis dengan warna khas ungu itu tampak tersenyum lembut lantas menjawab. “Maaf, teman-teman... aku sudah ada janji dengan Nero untuk menciptakan alat ninja baru.”


“Tapi rasanya kau baru-baru ini saja begitu sibuk? Sebelum kepulangan Boruto kau jarang sekali pergi ke ryutan.”


Sumire Kakei yang tengah membawa banyak sekali buku hanya terdiam lama, kemudian menampilkan seukir senyum lembut. “Ini tidak ada kaitannya dengan Boruto-san.... aku harus cepat. Permisi ya?”


Namida dan Wasabi saling menatap satu sama lain, mereka tahu ada yang tidak beres dengan sang sahabat. Perubahan sikap Sumire pun mulai terasa pada saat Uzumaki Boruto kembali ke desa.


“KAKAK!! KAKAK!!! “ gadis dengan rambut ungu itu tersenyum hangat melihat anak-anak kecil berusia sekitar tujuh tahunan berlari kearahnya.


“Wahhhh, kalian semangat sekali?”


“Kami mau jadi Ninja hebat seperti Kakak juga!!! Kami mau latihan terus, Kak!” ujar salah satu diantara mereka mengundang rasa gemas yang menjalar dalam diri Sumire, ia mengusap surainya. Membuat anak-anak lain iri sebab mereka ingin di perlakukan sama rata.


Sumire dekat sekali dengan anak-anak di Desa Konoha. Dulu saat menuju ryutan, dia melihat anak-anak yang berlatih asal-asalan. Ada yang berteriak rasenggan, chidori, dan masih banyak jutsu lainnya.

Dia senang melihat kegigihan bocah-bocah itu, maka dirinya memutuskan mendekat. Awal perkenalan memang tidak mudah, dia sempat di usir beberapa kali oleh anak-anak ini namun Sumire dengan sabar tetap berusaha mendekati mereka. Bahkan mengatakan siap jika mereka membutuhkan bantuannya untuk mempelajari beberapa jutsu.


“Wahhhh!!! Kakak!! Lihat! Kaken sudah bisa berjalan diatas air!”

“Usaha yang bagus! Tetap pertahankan chakramu di kaki, Ken! Dan jangan terlalu jauh!” teriak Sumire, membuat Kaken senang di puji oleh perempuan tersebut. Namun tak lama setelahnya------


BYUR!!!


“KAKEN!!!” Sumire langsung berlari cepat menuju sungai kala melihat muridnya jatuh barusan. Tetapi baru saja sampai disana, Kaken justru sudah di selamatkan oleh seseorang.

“Kakak......” dia turun dari gendongan pria itu lantas berlari kearah Sumire dan memeluknya ketakutan.
Dengan lembut, Sumire mengusap wajahnya. “Tidak apa-apa.... aku selalu mengawasi mu. Ya?”

Kaken menganggukkan kepala sambil mengusap air mata. Dia agak sedikit trauma karena tiba-tiba saja masuk ke dalam air. Seharusnya dia mendengarkan Sumire untuk jangan berjalan terlalu jauh.

“Terimakasih, Boruto-san.” Sumire berujar tanpa melihat kearah laki-laki kuning itu sama sekali. Ia langsung saja menggendong Kaken, lalu berlari cepat menuju tempat latihan di mana anak-anak tadi masih menunggunya.

“Boruto-san?” gumam lelaki tersebut sembari mengerutkan dahi. Apa-apaan dengan nama panggilan itu?! Bukankah Sumire mengenalnya?! Mereka satu akademi! Dan cuma gadis itu saja yang memanggilnya dengan suffix ‘Kun.

Boruto tidak benci hanya karena mendengar Sumire memanggil dirinya dengan sebutan yang terdengar ----- ‘asing?
Si kuning cuma merasa heran sebab perempuan tersebut secara tiba-tiba berubah. Bahkan saat kedatangannya untuk pertama kali ke desa ini setelah dikabarkan menghilang bertahun-tahun, hanya Sumire yang tidak ada disana. Menyambut  dirinya.

“Kakak, aku sudah tidak mau latihan di air lagi....”

Sumire tersenyum menanggapi itu, “Kaken mau menyerah jadi ninja? Katanya ingin jadi hebat supaya bisa melindungi Kakak?”

“Iya.... Kaken lupa, kalau begitu Kaken akan berusaha lagi untuk Kakak!!”

“Ganbatte, ne?” ujar perempuan itu seraya mengusap lembut surainya.

Kaken tertawa senang, dia memang suka di usap kepalanya... tapi hanya dengan Sumire. Bukan orang lain!

“Kak! Ayo kita latihan lagi!”

“Anak-anak... hari ini sudah dulu ya? Kakak ada keperluan di ryutan. Besok kita lanjut lagi ya? Berkumpul disini besok siang,”

“HA’I!!!!” jawab mereka serempak. Sumire dengan senyum lembut segera pergi melompati pepohonan hingga menjauh dari lokasi itu.

Dirinya sudah ada janji dengan Nona Akita, mau membereskan penelitian alat ninja baru yang harus tertunda selama beberapa hari sebab Dokter Katasuke tengah sibuk di desa sebrang.

Uzumaki Boruto melompat turun dari air terjun yang ada di bagian atas. Dengan jubah hitamnya yang berterbangan terbawa angin, pria tersebut berdiri tepat di hadapan anak-anak murid Sumire.
Mereka tampak ketakutan, saling berpegang tangan dan mundur ke belakang mana kala laki-laki itu melemparkan ekspresi wajah seram.

“Jangan macam-macam ya?! Kakak kami bisa memukulmu!” Kaken maju dengan keberanian nyata. Dari semua teman-temannya, memang dia yang suka cari gara-gara.


“....... siapa?” Boruto maju satu langkah lalu menarik sudut bibirnya.

“Hm? Siapa Kakakmu”

“Sumire-sensei!”


Mendengar nama itu di sebut, entah mengapa Boruto merasa bahwa jantung dan hatinya kini bekerja dengan tidak beres.


“Kalau begitu panggil dia.”

“Kau ini siapa sih?!”

“Yang menyelamatkanmu? Anak kecil.” tukasnya dibarengi mimik wajah kembali datar.

“Kakak bilang, kami harus berhati-hati dengan orang asing!”

“Aku? Orang asing?” kerutan muncul menghiasi dahi Boruto. Dia tidak menyangka bahwa anak-anak kecil di desanya ini tidak mengenali siapa dirinya.

Pahlawan perang dunia ninja ke-lima. Anak dari Byakugan No Hime serta Hokage Konoha.

“Pelajaran sejarah kalian masih kurang ya? Sepertinya aku harus memprotes guru akademi kalian ... bisa beritahu aku siapa namanya?”
Kaken menjawab dibarengi ekspresi wajah busuk. “Denki-sensi!”

Boruto cukup terkejut, dia pikir Denki akan bergabung dengan anggota alat ninja sains karena kemampuan otaknya memang ada disana. Tapi ternyata dugaannya salah, Denki jadi guru akademi?! Yang  benar saja?!

Belum sempat mengatakan satu kalimat lagi, anak-anak itu sudah lari kocar-kacir. Dia mendecih, heran karena bocah-bocah tersebut punya mental sekecil otak udang.

Si kuning melompati pepohonan, gerakannya begitu cepat. Nyaris seperti kilatan petir yang langsung menghilang dalam sekejap.

Dan selang tak beberapa lama, pria itu pun sampai di halaman rumahnya. Dia melihat sang Ibu, Hinata tengah menyirami tanaman. Ah... ini memang sudah sore, sebentar lagi menjelang malam dan besok dirinya memiliki misi.


“Hima belum pulang, Bu?”

“Dia menginap di kediaman Hyuga, adikmu senang ada disana....” ujaran wanita cantik tersebut membuat Boruto berdecak sambil memutar kedua bola matanya malas. Dia bukan benci keluarga besar sang Kakek, hanya saja disana terlalu banyak tradisi kuno yang Boruto sendiri----bingung harus menjelaskan dari mana.


“Sarada sudah tiga kali kemari, dia mencari mu.”

Langkah Boruto yang hendak memasuki rumah terhenti, dia melirik ke belakang sambil menghela nafas panjang. “Biarkan saja.”

“Kalian sedang marahan atau apa?”

“Kami baik, Bu.”

“Ibu perhatikan kau seperti menghindari dia, sudah beberapa hari ini?”

“....... tidak ada yang terjadi.” Boruto menyahut cuek, dia langsung memasuki rumah sambil membuka jubah hitam pemberian Sasuke bertahun-tahun lalu.

Hubungannya dengan Sarada memang sudah merenggang beberapa hari ini. Penyebabnya sepele, bagi Boruto ini hanya permasalahan sederhana. Tapi setiap kali bertemu, Sarada selalu saja membahasnya.

Dia menaruh jubah hitam itu di belakang pintu kamar, lalu berbaring di tempat tidur sambil memikirkan beberapa masalah yang menurutnya tambah runyam.

“Usia 24 memang sedang panas-panasnya.” si kuning melirik ke samping. Mendapati Momoshiki ternyata keluar dari tubuhnya.

“Kau tahu apa soal usia?”

“Khe~aku juga punya usia!”

“Kalau begitu kau bisa mati.”

“Aku tidak mau mati.”

“Makanya kau menempel di tubuhku macam parasit.”

“Hey! Kalau aku tidak ada kau juga bisa mati!”

Uzumaki Boruto berdecak malas lalu tidur membelakangi makhluk itu. Dia membiarkan Momoshiki bicara sendirian, lagipula dia memang sedang lelah.


I LOSE YOUR SORRY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang