21

1K 98 124
                                    



Hallo, hari ini satu chapter dulu ya... lagi sibuk soalnya. Semoga suka....

Tembus 100 komentar baru aku lanjut ya....

Jangan lupa untuk selalu ramaikan paragraf dengan komentar asik kalian .... terimakasih 🙏










 terimakasih 🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Perjalanan mereka untuk bertemu Toneri kali ini seperti terasa amat panjang. Sumire juga hanya membawa bekal seadanya, itu juga di persiapkan oleh Hinata.

Sebenarnya Naruto hendak menyuruh Sarada, Shikadai, Mitsuki dan Chocho untuk ikut. Namun Boruto menolak keras dengan bilang kalau dirinya tidak ingin membawa beban. Terlalu banyak orang dari perjalanan ini akan menghambat waktu mereka, itulah mengapa Boruto bersikeras mengatakan pada sang Ayah bahwa dia bisa menjaga Sumire seorang diri.

"Kita sudah menyusuri semuanya...." Sumire memegangi kedua lututnya yang seakan mati rasa. Perjalanan ini ternyata lebih melelehkan daripada saat dirinya dan Sasuke mencari Kawaki di dunia itu.

Sumire tidak tahu mereka sudah pergi berapa lama, yang jelas Sumire sering merasa haus sebab cahaya matahari begitu terik disini.

Apalagi disertai suasana sepi, tak ada suara apapun. Desa tersebut telah termakan usia, bahkan beberapa bangunan pun sudah di penuhi tumbuhan liar.

"Sini." Boruto menawarkan diri untuk menggendong gadis tersebut di punggungnya. Namun Sumire menolak, dia tentu saja tidak mau di cap lemah meskipun ia memang sedang merasa lelah.

"Cepat,"

Mendapat sedikit paksaan, Sumire pada akhirnya menurut. Perasaannya campur aduk saat itu, keduanya hanya diam sementara Boruto terus melompati seluruh bangunan dengan jougan yang mulai aktif. Rupanya pintu keluar ada di salah satu perumahan sebelah timur. Tepat dibawah tanah dimana memiliki celah lubang yang sangat dalam.

"Boruto-san... apa kau yakin?"

"Belum tahu jika belum coba."

Sumire memeluk Boruto erat-erat mana kala pria tersebut langsung masuk tanpa aba-aba. Tak ada pencahayaan, bahkan Boruto hanya mengandalkan jougannya untuk melihat bahaya disekitar.

Mereka terus terjun ke bawah, dengan Sumire yang berusaha mati-matian untuk bersikap tuli terhadap bisikan-bisikan di telinganya.

"Otsutsuki... terpilih... Otsutsuki.... Shinobi.... terpilih..... mati.... mati... mati...."

Sumire ingin berteriak, suara-suara itu sangat berisik. Namun Boruto justru tidak merasa terganggu, atau mungkin hanya Sumire saja yang mendengarnya?

Tidak kuat, Sumire kembali jatuh pingsan. Untungnya saja pegangan Boruto pada gadis ini sangat kuat sehingga Sumire tidak terlepas.

I LOSE YOUR SORRY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang