Cheryl Aubie adalah gadis yang begitu haus akan kasih sayang orang tua. Selama hidupnya, tidak pernah sedikitpun Cheryl mendapatkannya bahkan setelah dia di angkat menjadi anak dari sepasang suami-isteri yang tidak bisa memiliki anak. Hingga jiwanya...
Sudah Vote? Kalo belum, Vote dulu yuk! Terimakasih!
Mutualan IG kuy! Mari berteman <3
Satu kata untuk Figuran Wife!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy Reading! Sorry for typo. Enjoy<3
Chapter 15. Roti Sobek
Ziva menggeliat dalam tidurnya sebelum membuka mata sepenuhnya. Ia duduk sambil mengusak matanya yang berat. Ia lantas meringis lirih tatkala kepalanya terasa berat. Menghela napas, Ziva berjalan keluar kamar.
Kemarin setelah mendapat bayang-bayang itu, Ziva pulang dalam keadaan menangis. Bayang-bayang itu benar-benar menyakitinya. Ia tidak tahu, gadis yang ada dalam bayangan itu siapa. Yang jelas, bayang-bayang itu sama persis dengan kejadian kecelakaan yang di alami bocah SD hari itu.
Ia sudah mencari tahu dengan mencoba mengingatnya lagi. Namun, semakin Ziva mencoba untuk mengingatnya, rasa sakit semakin Ziva terima di kepalanya. Ia jadi seperti seseorang yang baru saja mendapatkan bayangan ingatan setelah sekian lama melupakan ingatannya. Haish, membuat bingung saja!
Namun, ada satu hal yang membuat ia benar-benar penasaran. Bayang-bayang itu, juga sama dengan yang sering Cheryl mimpikan sebelum dia memasuki raga Ziva. Tapi, tidak mungkin kan, bayang-bayang itu ada kaitannya dengan mimpi Cheryl?
Ziva tersenyum lebar ketika melihat sosok Sagara yang sedang duduk di ruang tamu sambil bermain ponsel. Langkah kakinya mengundang atensi cowok itu sehingga Sagara menoleh padanya.
"Baru bangun?" tanya Sagara seraya menaruh ponselnya di meja.
"Mm. Kok kamu udah pulang?" tanya Ziva heran.
"Udah jam 7 malam," jawab Sagara.
Ziva melotot. Ia menatap jam dinding ruang tamu. Jarum jam kini menunjukkan pukul 19.05. Aish, selama apa ia tidur siang? "Kok nggak bangunin aku sih?! Aku belum masak, tahu!"
Bukannya menjawab, Sagara menepuk sisinya menyuruh Ziva duduk. Namun, bukannya duduk di sana, Ziva malah duduk di pangkuan Sagara.
Ia menyandarkan sisi kepalanya di tulang selangka Sagara. Harum lemon segar langsung Sagara dapatkan sebab pucuk kepala Ziva berada di dagunya.
Sagara kemudian memeluk pinggang Ziva. Sementara kepalanya sedikit menunduk untuk menghirup aroma rambut Ziva kuat. Harum rambut Ziva selalu membuat moodnya bagus karena terasa segar.