35. Cerita Liam

10.4K 551 0
                                    

"Sabtu minggu itu weekend. Kalau aku dan kamu itu will never end,"

"Kenapa fine itu huruf depannya F? Karena kalau M itu kamu,"

"Cintaku padamu kayak pasal 184 ayat 2 KUHP. 'Hal yang secara umum sudah di ketahui tidak perlu di buktikan'."

Liam mendengus jengah. "Waras dikit bisa? Lo mau ketemu Mami sama Papi gue,"

"Romantis dikit, bisa? Gue 'kan, lagi flirting. Salah tingkah kek, atau minimal balas kek. Hargain effort gue dikit aja kenapa sih?!" decak Gabby.

Liam rolling eyes. "Gombalan nyontek warga Twitter aja ngaku effort."

"Ya tetep aja! 'Kan nanya mereka juga harus pakai kuota!"

"Ya terus––"

"Hei, hei. Mami denger dari ruang tamu kalian ribut mulu kayaknya. Kenapa sih?" Maharani ––Mami Liam tiba-tiba datang melerai perdebatan kecil sepasang kekasih yang katanya sudah bertunangan tapi kelakuannya masih seperti musuh bebuyutan itu.

Gabby menatap sinis kearah Liam, sebelum mendekati Maharani lalu salim. "Liam nya suruh romantis dikit tuh, Mami. Masa aku gombal doang di marahin?!"

"Gombalan lo itu-itu mulu. Bosen gue," Liam menjawab malas.

Gabby tersenyum jahil. "Jadi Iam mau yang baru? Mau yang kayak gimana? Atau mau plus kiss juga?"

"Sinting," kata Liam sinis kemudian berjalan meninggalkan Gabby bersama Maharani.

Maharani geleng-geleng kepala melihatnya. "Salah tingkah itu aslinya, By."

Gabby tertawa. Ia mengangguk kuat, seolah menyetujui ucapan Maharani. "Aku nyosor aja Iam panik, Mi."

Maharani tertawa pelan. Ia lantas mengajak Gabby ke ruang tamu. Ia dan Gabby memang sudah cukup dekat karena Liam sudah beberapakali mengajak Gabby ke rumah ini. Selain itu, Gabby juga anaknya mudah berbaur dengan semua kalangan tanpa mengurangi kesopanannya.

"Kok sore banget sih, By, ke rumah nya? Mami udah nunggu lho,"

"Maaf ya, Mi. Tadi Liam ngajak meeting mendadak. Mana lama sampai 3 jam. Gabby yang sekretaris nya Liam ya terpaksa harus stay. Nanti kalau Gabby kabur, Iam ngamuk Mami."

"Nggak masalah, sayang."

Liam datang mendekati keduanya yang duduk di sofa ruang tamu. Cowok itu memberikan Gabby segelas air mineral.

"Kok air putih? Nggak jus jeruk juga kayak punya lo?"

"Batuk." Tanpa memperdulikan wajah cemberut Gabby, Liam menenggak jus jeruknya hingga tandas. "Papi mana, Mi?"

"Di halaman belakang, lagi ngasih makan ikan koi nya," jawab Maharani.

Liam mengangguk mengerti. Ia menatap Gabby yang ogah-ogahan meminum air darinya. "Jangan nyusahin Mami gue,"

"Apa sih?! Nggak ya!" decak Gabby. Sudah tidak perlu raut wajah apa-apa lagi untuk menggambarkan kalau dia begitu kesal dengan tunangannya itu. Cukup dengan raut sinis saja, Liam pasti tahu kalau ia kesal padanya.

"Iam ke belakang, Mi." Dan sialnya lagi, Liam tidak pernah mau peduli apalagi membujuk dengan kata-kata manis. Cowok itu berjalan meninggalkan ruang tamu menuju halaman belakang.

Memang dasar Liam menyebalkan! Sudah jadi tunangan tapi gengsi nya tidak mau turun-turun juga. Harga cabai saja bisa turun, masa gengsi nya tidak?! Eh, lho? Kok jadi nggak jelas?!

Terlihat seorang pria tengah memunggunginya saat Liam sampai di halaman belakang. Seperti yang Maharani katakan –– Ageswara Adipati, terlihat menabur makanan ikan pada kolam di hadapannya.

Figuran WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang