Ziva menutup pintu ruang inap Sagara dengan tangan yang menenteng bungkus plastik berisi pesanan kue nya. Tiba-tiba dia ingin makan kue dan Sagara menyuruhnya untuk memesan online saja. Dia tersenyum melihat Syakira tengah mengobrol dengan kakaknya yang cuek itu. Melihatnya saja Ziva tahu kalau hanya Syakira yang aktif dalam obrolan sementara Sagara hanya menanggapi seadanya saja. Ya, dia seperti melihat dirinya jika sedang mengobrol dengan Sagara.
Syakira baru saja pulang sekolah dan langsung datang ke rumah sakit untuk menjenguk Sagara. Dia bahkan belum ganti baju. Mungkin memang karena dia ingin tahu perkembangan keadaan Sagara.
"Kakak beli apa?" tanya Syakira memperhatikan Ziva yang menaruh bungkus plastik itu di atas nakas.
"Kakak beli kue-kue pastry gitu. Kamu mau?"
"Mau, mau!" Syakira langsung beranjak dari ranjang ruang inap Sagara untuk menghampiri Ziva. "Cookies ini punya Kakak?"
"Makan aja kalau mau,"
"Oke deh!" Syakira memutuskan duduk di sofa ruang inap kemudian menyalakan TV setelah mendapatkan cookies nya.
Sementara itu, Ziva menghampiri Sagara dengan dua buah cupcake di tangannya. Ia duduk kemudian menyodorkan salah satunya pada cowok itu.
"Nih, kesukaan kamu," kata Ziva.
Sagara menggeleng. "Makan aja sama lo,"
Ziva mencibir pelan kemudian melahap cupcake nya dengan wajah masam. Untuk jadi salah satu manusia yang punya tipe tidak sabaran, Ziva sebenarnya tidak tahan dengan sikap Sagara. Tapi dia tidak bisa berbuat apapun apalagi memaksa cowok itu untuk bersikap seperti sebelumnya. Dia juga tidak mau jika nantinya Sagara malah melihatnya sebagai Cheryl.
Ziva mencecap lidahnya dengan ekspresi aneh. "Cupcake nya kemanisan. Coba deh, kamu makan,"
Sagara menatap cupcake bekas gigitan yang Ziva sodorkan. Dibanding memakan cupcake yang Ziva sodorkan, Sagara malah menggigit cupcake yang satunya. Sehingga Ziva tertegun sambil memandang lurus dengan kosong ke depan. Padahal itu adalah hal yang sepele, tapi kenapa Ziva merasa sesak? Ziva sekuat mungkin menahan sakit di hatinya. Ya itu hanyalah hal sepele, Ziva nya saja yang terbawa perasaan.
Namun, beberapa hari sejak Sagara siuman, Ziva terus saja makan hati. Meski dia tidak risih dengan sikap Ziva yang akhir-akhir terkesan agresif, selalu bertindak lebih dulu, Ziva tidak lagi merasakan sikap manis Sagara padanya seperti yang dulu-dulu. Ziva tahu Sagara belum terbiasa, tapi tetap saja rasanya sakit. Ziva menghela napas sambil tersenyum berusaha memaklumi untuk yang kesekian kalinya. Ingin berteriak kencang pada Sagara kalau sebenarnya Ziva tidak tahan lagi dengan sikapnya, tapi Ziva sadar kalau ini adalah resikonya.
Ini belum ada sebulan, jangan lebay deh, lo, Ziva! batinnya menguatkan.
"Biasa aja," ungkap Sagara sambil mengunyah.
"Kayak perasaan kamu ke aku, ya?" Setelahnya Ziva langsung membuang muka sambil merutuki kebodohannya sendiri dalam hati. Kenapa dia berbicara seperti itu sih?! Nanti kalau Sagara berpikir yang tidak-tidak tentangnya bagaimana?!
"Hm,"
Ziva rasanya mau nangis kencang kala Sagara malah menyetujui ucapannya. Dia hanya bisa melahap cupcake nya dengan wajah melas. Apa Sagara tidak ingat kalau dia pernah makan cupcake dari mulut Ziva langsung?! Hah?! Tapi lagi-lagi, Ziva hanya bisa meredam perasaannya dalam hati saja.
"Good job, Ziva. NT yang kesekian kali," gumamnya. Ia mendongak sambil menatap Sagara sedih.
"Bibir aku kotor, bersihin." Oke, kali ini Ziva menangis sungguhan karena Sagara malah menyodorkan tisu ke arahnya. Padahal jelas-jelas dengan berucap 'bersihin' itu, Ziva meminta Sagara membantunya membersihkan noda cream di sekitar bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Wife
DiversosTransmigration Story. Cheryl Aubie, gadis yang baru saja lulus SMA itu tiba-tiba saja terbangun dalam raga antagonis novel yang hamil dan terpaksa menikah dengan seorang figuran karena ayah dari anak yang di kandung nya tidak mau tanggung jawab. ***...