7. Keributan Kecil

796 87 2
                                    

Indi sesekali melihat temannya yang sedang serius memandang layar ponsel. Gadis itu bahkan tidak membalas Vino yang baru saja datang dan mengucapkan "Selamat pagi," kepada mereka berdua.

Penasaran, kepalanya menjulur ke atas, mengintip apa yang sedang dilakukan Serra. "Tumben nyobain dating apps," celetuk Indi, membuat Serra buru-buru menutup aplikasi tersebut, sementara Vino memasang telinga karena tertarik dengan pembicaraan itu.

Gadis itu mengembuskan napas putus asa. Memutar kursinya menghadap ke arah Indi dan membelakangi Vino. "Gua tuh stres tau nggak? Setiap hari ditanya, 'Udah punya pacar belum? Mau nikah umur berapa lagi kalo sekarang belum punya pacar? Mama dan Papa akan lebih bahagia kalo kamu urus suami dan anak-anak kamu, bukan kita melulu.'" celoteh Serra dengan mencibirkan mulutnya. "Jadi gua iseng aja lihat dating apps. Mungkin calon bapak dari anak-anak gua ada di situ."

Vino mengambil beberapa berkas yang akan diserahkan pada Hendra sambil mengulum senyumnya. Rupanya orang tua Serra tidak jauh berbeda dengan mamanya. Meskipun, mamanya tidak terang-terangan berkata seperti itu. Ya, mau bagaimana lagi? Memang rata-rata begitulah perlakuan orangtua kepada anaknya yang telah berumur lebih dari seperempat abad, tetapi masih betah sendiri.

Indi tertawa sejenak. "Ya, semoga ya."

Mendadak sebuah ide cemerlang muncul di dalam pikirannya. "Di, apa gua cari pasangan kontrak aja ya di Twitter? Gua pernah lihat tuh, tinggal pake mantra Twitter, do your magic, aja, pasti langsung viral."

Sebuah sentilan dihadiahkan kepada kening Serra oleh Indi. "Udah gila lo, ya?"

Gadis itu cemberut dan mengusap-usap keningnya.

"Eh, omong-omong, Mbak Siska udah bilang ke lo belum?" tanya Indi.

"Soal?"

"Acara GSM bulan depan."

GSM atau General Staff Meeting adalah sebuah acara yang biasanya dilakukan dua kali dalam setahun di Capella. Isi acaranya bermacam-macam. Kadang berupa pemberian penghargaan kepada karyawan terbaik ditinjau dari kinerjanya selama setahun. Kadang, lomba bermain, pementasan drama, juga pemilihan dresscode terbaik antar divisi. Intinya di acara itu semua karyawan akan bersenang-senang, sambil menjalin keakraban dengan makan malam bersama.

"O-kay... Terus, kenapa harus bilang ke gua?" tanya Serra tidak mengerti.

"Mbak Siska minta Vino jadi MC, pembawa acaranya. Terus, kata Vino dia mau asalkan MC-nya berdua sama lo."

Dua hari lalu Siska meminta bantuan Vino untuk menjadi pembawa acara. Jujur saja, ia belum ada pengalaman sama sekali. Maka, ia pikir, ia butuh seseorang untuk menemaninya di atas panggung agar tidak terlalu kaku. Seseorang yang pandai bicara dan bisa mengimbanginya, tentu Serra orangnya. Memang sejauh ini mereka lebih banyak berdebat, tetapi di antara semua karyawan di kantor ini, hanya gadis itu yang bisa menimpali kata-katanya. Mungkin karena mereka sudah berada dalam satu divisi yang sama selama beberapa tahun ini.

Untuk acara seperti ini, ia butuh seseorang seperti Serra. Ia tidak mau menjadi seseorang yang lebih aktif bicara, sementara rekannya nanti lebih banyak diam dan mengikutinya saja. Laki-laki itu butuh pasangan yang seimbang.

Tawa sinis keluar dari mulut gadis itu. "Itu orang kenapa, ya? Kalo soal yang repot aja selalu bawa-bawa gua. Kayak, hidupnya tuh nggak tenang kalo dia repot, sementara gua leha-leha."

Sontak, Vino dan Indi berpandangan, seolah saling melempar sinyal bahwa Serra sama sekali tidak tahu bahwa orang yang sedang dibicarakannya juga mendengar. Ia tidak sadar bahwa Vino sudah datang dan duduk manis di belakangnya. Laki-laki itu menempelkan jari telunjuk di depan bibirnya, memberi isyarat kepada Indi untuk tidak memberitahu Serra.

Garis Romansa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang