16

1K 30 2
                                    

Hari ini hari pernikahan kak Jingga walau diadakan secara mendadak, karena juga lamaran ditunda akibat pekerjaan kak Jingga lalu papa menyuruh mempercepat pernikahan kak Jingga.

Papa duduk di kursi roda berjabat tangan dengan mempelai pria.

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau ananda Erza Excel Danuarta bin Brama Danuarta dengan putri saya Jingga Delena dengan seperangkat alat sholat serta emas dua puluh karat dan tiga ratus gram logam mulia di bayar tunai"

"Saya terima nikahnya Jingga Delena binti bapak Ersan Denxer dengan maskawin tersebut dibayar tunai" Ujar lantang kak Erza salah satu dokter di rumah sakit Bakti Mulia.

"Bagaimana para saksi sah?"

"SAH"

Kita bersama-sama memanjat kan doa, tak terasa satu tetes air mata ku mengalir sungguh aku bingung harus berbuat apa jika tak ada kak Jingga.

Pengantin saling menukar cincin pernikahan mereka lalu kak Jingga mencium tangan suami nya, suami kak Jingga mengecup jidat kak Jingga.

Aku tersentak saat papa mengerang kesakitan aku langsung menghampiri nya "Pah, papa kenapa?"

"Dada papa sakit" Rintih papa Ersan, ia memegang dada nya dengan kuat.

"Kita bawa ke rumah sakit!" Ujar kak Reksa.

Dengan sigap orang-orang di sana membantu membawa papa ke dalam mobil, aku khawatir dengan kondisi papa. Menggenggam erat tangan kak Jingga sembari mengikuti papa yang di bawa keluar dari aula pernikahan.

Aku memasuki mobil dengan mendampingi papa yang sedang merintih kesakitan.

Kak Erza yang menyetir mobil itu yang di samping nya ada kak Jingga. Aku, bunda Wulan mendampingi papa yang berada di kursi belakang. Terdapat raut kekhawatiran di sana.

"Hi-hidup papa sudah tak lama Jessi, papa ingin menjadi wali pernikahan kamu" Ujar papa tertatih.

Aku menopang tubuh papa agar tak merosot, aku mengangguk "Iya pah"

"Papa tak ingin ada kata perceraian di dalam rumah tangga anak-anak papa"

"Iya pah, yang terpenting papa harus sembuh" Ujar kak Jingga.

Mobil yang di bawa kak Erza melaju dengan kecepatan tinggi, sekitar sepuluh menit perjalanan kami sampai di rumah sakit Bakti Mulia.

Papa diturunkan dari mobil di pindah kan ke bangkar, aku juga turun dari mobil. Dengan sigap para perawat di sana mendorong bangkar itu, aku yang berada di samping papa berlari sembari menggenggam tangan papa.

"Maaf sebaiknya anda di luar"

Papa di masukan ke dalam ruang ICU sedangkan kami berada di luar ruangan.

"Kak" Ujarku memeluk kak Jingga.

"Berdoalah untuk papa" Ujar bunda Wulan.

Kak Reksa dan kak Chelsie berlari menghampiri kami ia memakai mobil nya, karena jika ikut dengan papa tak muat.

"Papa di dalam!?" Tanya kak Reksa.

"Iya" Jawab kak Erza.

Kak Chelsie menghambur ke pelukan bunda Wulan "Bunda semoga papa tidak terjadi apa-apa ya"

"Iya sayang doakan"

Seorang suster keluar dari ruangan "Anaknya bapak Ersan yang bernama mbak Jessica, disuruh kedalam" Ujar suster itu.

Aku langsung ke dalam ruangan itu, di sana ada dokter Abi dengan satu dokter lagi mungkin yang menangani papa. Aku mendekati bangkar yang di mana papa terbaring lemah, banyak selang yang melekat pada tubuh papa. Aku memegang tangan papa.

My Husband DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang