23

1K 27 0
                                    

"Kamu tau cara menyelesaikan masalah walaupun masalah itu terlalu besar?"

"Gimana caranya?"

"Hamparkan sajadah mu lalu katakan Allahuakbar "

Aku tersenyum "Bulan adalah teman yang baik bagi orang yang sendirian untuk diajak bicara"

"Dan kamu tidak sendirian, ada Allah yang terus bersama kamu. Dan ada saya yang menemanimu" Ujar dokter Abi membelai rambut ku.

"Dok indah banget bulannya, aku pengen ke bulan" Ujarku.

"Jangan, disini saja bersama saya melihat bulan yang sama"

Aku terkekeh mendengar ucapan dokter Abi, aku menatap langit di sana ada satu bintang yang terus bersinar.

"Dokter lihat bintang itu seperti papa" Ujarku seraya menunjuk bintang.

"Papa pasti bahagia di sana" Lanjut ucapan ku.

"Selama kamu bahagia papa akan merasakan hal yang sama" Ujar dokter Abi.

"Dokter maafin Jessi ya selalu ngerepotin, papa udah pergi dokter boleh kok cera-" Ujarku seraya menunduk.

Jari dokter Abi mengangkat daguku untuk menatap nya "Jangan ngomong sembarangan, saya hanya akan menikah sekali dalam hidup saya. Kamu jangan merasa di repot kan itu sudah kewajiban saya. Kamu mau memperbaiki semuanya?"

Aku menatap manik mata teduh dokter Abi di sana hanya terpancar kelembutan, spontan aku mengangguk. Saat ini senyum dari dokter Abi mekrah, ia mengecup bibirku.

"Jangan ada kata cerai lagi, Allah tidak suka" Dokter Abi memelukku dari samping, sungguh hatiku berdesir.

"Dokter rambut aku makin hari makin tipis aja" Ujarku.

"Kamu yang sabar, sebentar lagi akan tumbuh lebat lagi"

"Dokter aku tadi tanya sama dokter Yuliana, apa penyakit aku bisa sembuh? Terus dokter Yuliana jawab kita berusaha yang terbaik. Aku takut dok" Ujar ku.

"Jangan takut masih ada Allah, Allah tau kamu mampu menjalankan ini semua. Dokter itu bukan yang menentukan kematian, dokter itu hanya membantu seseorang untuk menyembuhkan selebihnya rencana Allah"

"Dokter Abi satu-satunya seseorang yang bisa menyakinkan aku"

Dokter Abi membelai rambutku, sungguh aku menikmati belaian ini dengan memejamkan mataku.

"Ayo makan satu suap lagi, lalu kita kembali ke kamar" Ujar dokter Abi menyodorkan satu sendok bubur.

Dokter Abi memasukkan makanan itu kedalam mulutku, dengan terpaksa aku mengunyah. Lalu aku meminum air putih, sungguh makanan rumah sakit rasanya hambar.

"Baiklah ayo kita kembali, udara malam tak baik untuk kesehatan" Ujar dokter Abi.

"Baiklah, ayo" Ujar ku.

Dokter Abi mendorong kursi roda, memasuki lift menuju lantai tiga yang dimana ruangan ku berada. Lift terbuka dokter Abi kembali mendorong kursi rodaku.

Aku melihat wanita dengan uban di kepalanya, namun ia tengelam di koridor rumah sakit.

"Dia" Gumamku.

Aku memasuki ruangan 432 di sana masih terdapat kak Jingga dan Kak Erza yang tertidur di sofa dengan berpelukan, sungguh mesra sekali aku iri dengan pernikahan mereka.

Dokter Abi memindahkan tubuhku ke bangkar, ia memasang alat-alat entah apa itu. Dokter Abi menyuntikkan sesuatu ke infus ku.

"Saya beri obat tidur dosis rendah" Ujar dokter Abi.

My Husband DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang