28

1K 34 3
                                    

Tepat tiga tahun istri nya meninggalkan nya. Setiap hari jumat ia selalu berkunjung pada peristirahatan terakhir istri nya.

Ia menatap penuh kelembutan pada gundukan tanah itu. "Hai aku kembali, masih orang yang sama. Kau masih pemenangnya, aku tak ingin bersama orang lain karena aku hanya menginginkan mu di kehidupan selanjutnya"

Tak luput dari doa-doa yang selalu ia kirimkan setiap harinya, ntah dimanapun ia berada. Abi selalu bangun jam tiga subuh untuk menunaikan sholat tahajud hanya untuk mendoakan istri nya.

Setiap ia ke makam istri nya ia selalu saja membawakan setangkai bunga tulip. Ia menyukai filosofis bunga tulip warna bunga tulip putih sebagai kesucian sang istri dan juga sebagai permintaan maaf nya pada mendiang istrinya.

Ponselnya berdering ia segera mengangkat telpon yang tertera ibu di layar ponsel nya.

"Iya bu"

"Kerumah nak, ibu ingin bicara"

"Assalamu'alaikum"

Abi segera menutup telpon dari ibunya, ia beranjak mengulas senyum lalu ia segera pergi dari pemakaman itu.

🦋

"Sampai kapan kau berlarut terus-terusan dalam kesedihan Abi? Sudah tiga tahun dia tak ada di dunia ini, seberapa besar cintamu itu!?" Ujar wanita paruh baya itu ibunya.

Abi menunduk, ia sangat engan mengangkat kepalanya jika sudah berhadapan dengan ibunya.

"Sebesar cintanya nabi Muhammad pada khodijah" Jawab Abi.

"Ibu akan menjodohkan kamu dengan Fiya" Talak Galuh.

"Saya tidak mau"

"Tak ada bantahan Abi" Sentak Galuh.

"Bu, ngertiin Abi satu kali ini saja" Ujar Abi penuh penekanan.

"Ibu tidak bisa nak, Fiya dia wanita baik, sholehah, dia wanita sempurna nak" Ujar Galuh.

Abi senantiasa terus meramalkan istighfar agar hatinya bisa lebih baik.

"Ayah kemana?" Alih pembicaraan Abi.

"Dia dibelakang"

Abi berdiri dari duduknya, ia melenggang pergi menuju ke taman belakang rumah orang tuanya. Lebih baik ia berbicara dengan ayah nya daripada dengan ibunya yang membuat hati ibunya merasakan sakit karena ulah nya.

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam"

Abi duduk di sebelah kursi yang dipakai Andrea ayahnya itu, dengan berhalangan satu meja kecil di sana.

"Ayah, saya sudah menanggung perusahaan ayah. Saya menolak tentang perjodohan ini" Ujar Abi.

Andrea tertawa kecil "Rupanya ibumu sudah menceritakan sosok Fiya"

Abi mendengus "Yah..."

"Putraku apa kau akan terjebak pada lubang yang sama? Umur ayah sudah tak lagi muda nak, kau anak tunggal di keluarga ini" Ujar Andrea.

"Ada mas Izam"

"Dia sibuk mengurus pesantren nya, dan ayahmu ini butuh penerus perusahaan"

My Husband DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang