14

1K 28 2
                                    

Acara telah selesai pada malam ini aku ingin pulang namun di cegah oleh papa, aku tak boleh pulang jikalau bukan dokter Abi lah yang mengantarkan ku pulang. Kak Jingga sudah pulang dari sore tadi karena ada pekerjaan yang mendadak padahal ia sudah meminta cuti satu hari, namun pihak kantor masih saja menghubungi nya.

Berakhir lah ku di dalam mobil milik dokter Abi yang sedang di kendarai nya, kami berdua engan berbicara duluan alhasil hanya ada suara kendaraan.

Dokter Abi berdehem "Kamu punya pacar?"

"Udah" Bohong ku.

"Saya yang menghalal kan kamu"

Aku sontak langsung menatap dokter Abi "Kan terpaksa demi papa"

"Emang dokter Abi pengen banget ya gue jadi istri nya dokter?" Lanjut ucapan ku.

Dokter Abi mengendikkan bahu nya acuh, ia fokus mengendarai mobilnya.

"Dokter babi memang" Desis ku.

"Saya bukan hewan" Sentak dokter Abi.

Aku meneguk Silva ku kasar "Maaf"

Lima belas menit perjalanan kini mobil dokter Abi sudah berada di depan rumah ku. Aku langsung membuka pintu mobil dokter Abi tanpa mengucapkan sepatah kata aku langsung melenggang pergi.

Membuka pintu rumah yang tak di kunci itu berarti kak Jingga sudah pulang, aku kembali menutup pintu. Mobil dokter Abi tampak sudah meleset pergi meninggalkan pekarangan rumah ini.

Aku menaiki tangga menuju kamar, membuka kenop pintu kamar dan menutup nya kembali. Aku membuka heals yang ku kenakan melemparkan tas ke sembarang arah, aku langsung merentangkan tangan dan terjatuh di atas tempat tidur ku.

Aku memejamkan mataku sejenak, darah segar mengalir pada hidungku kepalaku terasa seperti dihantam beton. Aku menikmati rasa sakit yang menjalar di tubuh ku dengan memejamkan mataku, sungguh aku tak sanggup menahan ini semua air mataku mengalir begitu saja.

Aku menghapus darah di hidungku secara kasar aku langsung duduk tegap "Mama sakit" Desis ku.

Kepalaku sangat lah pusing aku merosot kan tubuh ku ke lantai yang dingin, merangkak ke arah nakas. Sungguh aku tak bisa menahan rasa sakit ini aku menangis, aku membuka laci nakas itu mengambil botol obat aku langsung menelan dua pil obat itu tanpa mengunakan air.

"Hiks, mama sakit"

Aku meringkuk menahan rasa sakit, darah dari hidungku sudah tak keluar lagi pusing yang menjalar pada hidungku sudah tak sesakit tadi.

Aku tertawa dengan air mata yang mengalir "Episode bahagia gue kapan rilis nya Tuhan!?"

Di saat usia ku masih sembilan tahun aku sering merasakan demam hingga pingsan namun itu di abaikan oleh penduduk rumah yang dulu saat ku masih tinggal di rumah mama. Dulu yang merawat ku bi Inah pembantu di rumah mama. Sejak saat itu lah aku mengonsumsi obat-obat an pereda nyeri tentunya bukan resep dari dokter dan pastinya itu akan mempercepat kematian ku.

Aku mengelus rambut ke sendiri mencoba menenangkan diri ku sendiri "Jessi yang kuat ya masih ada papa di dunia dia baik tapi kamunya aja yang jahat sejak dulu kamu yang nggak pernah menganggap kehadiran nya. Nyesel kan sekarang?" Monolog ku sendiri.

Aku memejamkan mataku menyenderkan kepalaku pada pinggiran kasur "Hai semesta apa kau sedang bercanda pada anak yang malang ini? Tolong hentikan candaan mu anak malang ini sudah terlalu lelah menghadapi ini semua"

🦋🦋🦋

Pagi ini sekolah di hebohkan dengan siswi yang terjatuh dari balkon sekolah, darah itu tampak mengalir dari sekujur tubuh nya ia dengan posisi tengkurap sangatlah mengenaskan. Dia Atika yang rumor nya ratu bullying, tentu ia pernah berurusan dengan ku sebab Bian.

My Husband DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang