8

1.1K 30 0
                                    

"Ra, Eyra!" Teriak ku di depan pintu rumah Eyra.

Pranggg

Aku tersentak saat ada sesuatu di dalam rumah pecah, aku semakin khawatir dengan keadaan Eyra. Pulang sekolah aku langsung ke rumah Eyra belum sempat menganti baju.

Aku mencoba membuka pintu rumah Eyra, ternyata pintu tak di kunci aku langsung masuk ke dalam rumah Eyra.

"Ra!" Seruku.

"Akhh, kamu anak tidak berguna!" Teriak seorang wanita yang sedang berlinang air mata.

Aku melihat Eyra yang menangis di pojok lemari ia meringkuk sesegukan.

Wanita itu ingin melempar vas bunga yang terbuat dari kaca ke hadapan Eyra, aku segera berlari dengan cepat aku merampas vas itu.

"Tante!" Sentak ku langsung memeluk Vina mama Eyra.

Aku berusaha menenangkan tante Vina, keadaan nya sangat lah kacau rambut berantakan, mata sembab, tangisan yang terisak.

Ia memukuli punggung ku dengan lemah namun aku mengusap punggung nya dengan lembut.

"Tante Eyra anak tante ga boleh begitu" Seruku.

"Dia anak tak berguna" Seru tante Vina dengan lemah.

Aku melepaskan pelukan nya dengan perlahan, aku menuntun tante Vina untuk duduk di kursi. Aku langsung menghampiri Eyra yang meringkuk sesegukan. Sama dengan keadaan tante Vina, sangatlah kacau.

Aku langsung memeluk Eyra dengan erat "Ra tenang"

"Hiks Jessi gu-gue capek" Ujar Eyra sesenggukan.

"Udah Ra tenang capek boleh nyerah jangan" Ujarku menenangkan Eyra.

"Dia mau bu-bunuh gue Jess gu-gue-" Eyra tak mampu menyelesaikan ucapannya ia memilih menangis dengan keras.

Aku membiarkan Eyra menangis dalam pelukanku aku membelai rambut Eyra dengan lembut, agar Eyra tenang.

"Jangan dekat dengan dia, dia pembunuh!" Teriak tante Vina dengan lantang sambil menunjuk ke arah Eyra.

Aku tersentak, Eyra semakin mengeratkan pelukan nya "Ra tenang ada gue"

Aku membawa Eyra untuk berdiri, membawa Eyra untuk mendekati tante Vina.

"Tante ini anak tante Eyra" Ujarku lembut.

"Dia yang membunuh Lingga" Ujar tante Vina.

Aku menyengrit, aku ingat bahwasanya Eyra pernah cerita tentang Lingga adiknya yang tak sengaja di tabrak truk pada usianya yang empat tahun.

"Eyra kan dulu masih anak-anak, seandainya Eyra yang ketabrak terus Lingga masih hidup apa tante akan melakukan yang sama seperti yang tante lakukan saat ini?" Ujarku.

Tante Vina tertawa dengan air mata yang mengalir, aku mendekatinya "Tante jangan begitu"

"Ra kita bawa tante Vina ke Psikiater" Saranku.

"Saya tidak gila!" Sentak tante Vina.

"Tante nggak gila, tante cuman depresi aja" Ujarku menenangkan tante Vina.

"Ra kuatin hati lo, lo pengen nyokap lo sembuh kan?" Ujarku.

Eyra mengangguk ia dengan kasar menghapus air matanya "Iya Jess gue gak boleh begini terus"

Tante Vina tertawa terbahak-bahak dengan cepat raut wajahnya menjadi sedih.

"Ma kita pergi yuk" Titah Eyra memegang lengan tante Vina.

Tante Vina menyentak tangan Eyra "Kamu jangan dekat-dekat dengan saya, dia orang yang sangat saya cintai pergi ninggalin saya juga gara-gara kamu!"

"Ra biar gue yang coba" Ujar ku.

My Husband DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang