Malam tiba. Aku memulai rencana. Keringat sebesar biji jagung keluar deras dari keningku. Susah payah aku memasukkan tubuh berukuran dua kali lipat dari badanku ke koper yang kutemukan di kamar lantai dasar. Akhirnya, jenazah berhasil masuk seluruhnya. Bercak darah di lantai sudah berhasil aku bersihkan.
Sebelum menyeret koper untuk kemudian kunaikkan ke sepeda motor milik Andi, aku lebih dulu melepas sim card pada ponselnya. Ponsel Andi sengaja aku simpan untuk mencari tahu, siapa laki-laki ini sebenarnya.
Saat mengikat koper ke sepeda motor, gerakanku terhenti. Kuperhatikan vila mewah di hadapanku. Aku memindai taman luas di depannya. Pertanyaan besar kemudian hadir. Apa mungkin seorang yang mengaku memiliki fasilitas demikian mewah hanya menggunakan sepeda motor bebek yang aku taksir keluaran 2018?Aku tahu, tak semua orang suka flexing. Mungkin saja Andi termasuk lelaki yang sengaja bergaya sederhana untuk mengetahui, apakah wanitanya akan tetap menerima apa adanya. Masalahnya, Andi sedang memperlihatkan, betapa gagah vila di hadapanku ini. Jadi, kenapa pula tak sekalian memperlihatkan mobil termahal yang ia punya? Atau minimal motor keluaran terbaru agar terlihat lebih berkarisma lagi. Satu yang baru kusadari. Betapa cerobohnya, memasukkan Andi terlalu cepat dalam masalahku.
Aku melajukan motor, tepat pukul dua belas malam. Tujuanku satu. Tak ada seorang pun yang melihat wanita tolol sedang berusaha membuang jasad meski bukan ia pelakunya.Kurang lebih satu kilo perjalanan, aku berhenti. Ditemani suara ranting terinjak, langkahku sampai di bibir sungai. Aku menarik napas panjang seraya berpikir sejenak, apakah yang aku lakukan ini benar? Makin dipikir, makin sadar bahwa aku tak bisa lagi mundur. Sekalipun menyerahkan kasus ini pada kepolisian, sidik jariku sudah telanjur menyebar di tubuh Andi.
Aku menggeleng keras. Aku tetap harus menenggelamkan koper berisi tubuh Andi. Sepeda motor akan aku gunakan sebagai pemberat. Aku tak peduli, apakah jasadnya nanti akan bernasib sama seperti jenazah yang ditemukan mengapung di salah satu universitas ternama tahun 2015 lalu atau tidak. Aku juga tidak tahu, kapan kejahatan ini akan mendatangkan karma. Yang aku tahu, aku perlu melakukan ini agar semua cepat selesai.Aku menggulingkan motor. Dalam hitungan detik, suara gelembung menjadi penghantar Andi menuju peristirahatan terakhir. Setelah yakin kalau Andi beserta kendaraannya sudah lenyap sempurna, aku berjalan jauh. Sangat jauh agar tak teridentifikasi sambil berharap ketika bertemu dengan jalan utama nanti, aku bisa beristirahat sejenak, lalu memesan ojek online ketika matahari mulai merangkak naik.
Semua berjalan mulus, tanpa ada yang mencurigai. Setiba di rumah, aku mendengar Ibu menyanyikan lagu kesukaannya sambil sesekali bersiul. Ia keluar dari kamar, lalu berhenti berkicau saat mata kami saling bertemu. Ibu menghampiri dan refleks aku melindungi kepala. Tak ada jaminan ia tidak membuat bocor kepala putrinya. Namun, di luar dugaan, wanita itu justru tersenyum.“Baru pulang, Ra? Ibu punya kabar bagus buat kita semua. Mau dengar sekarang atau mau mandi dulu?” Senyumnya lebar sekali.
Aku menurunkan tangan, perlahan. Kujawab dengan terbata, “Nara mandi dulu ya, Bu.”
Ibu bersikap aneh dan aku merinding dibuatnya..
.
.
.Masih lanjut?
Ceritanya masih menarik?
KAMU SEDANG MEMBACA
Semicolon
Mystery / ThrillerSetelah kematian Ayah, petrikor menjadi aroma yang kubenci. Bagiku, aroma tersebut seperti kutukan yang selalu menggandeng kejutan yang tak pernah kuminta. Seperti saat ini, setelah malam kemarin ia bertandang, esok harinya aku disuguhkan oleh jasad...