Prolog

181 11 1
                                    

Jakarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta

16.00

Dalam lamunan seorang gadis kecil melukis sepi. Rindu pun selalu mendambakan gemuruh. Gadis kecil itu termangu membayangkan sejuk wajah seorang lelaki melintas dibenaknya. Mengingat terakhir kali lelaki itu mendekapnya dengan penuh cinta. Dan lagi-lagi lelaki itu hanya menjadi rindu di jemari hati.

'Abiy, mungkinkah kita dapat bertemu kembali dalam kerinduan.' Benak Alghisa. Gadis kecil itu.

"Al!"

Suara anak lelaki disamping Alghisa mengagetkannya. Anak kecil seusianya yang selama empat tahun terakhir selalu memiliki predikat sahabat terbaik dalam hati kecilnya. Athiar.

"Athiar, kamu ngagetin aku tau!" Kesal Alghisa.

Alghisa melirik Athiar sekilas. Sekarang mereka berada di mobil menunggu Zannah, umminya Alghisa. Di hari ulang tahun Alghisa yang kesepuluh ini, mereka berencana pergi ke taman Orzie.

"Lagian kamu ngelamun mulu. Tega banget aku di cuekin." Athiar mengerucutkan bibirnya.

Alghisa menatap dalam iris hitam Athiar cukup lama. Athiar menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.

"Mendingan sekarang kamu nyalain kamera kamu. Ayo rekam aku." Athiar mengulas senyum manisnya. Mendengar protes Athiar, Alghisa menahan tawa.

"Dasar narsis," desis Alghisa. Dia menyalakan kamera yang sedari tadi mengalung dilehernya. Alghisa mengarahkan kameranya ke wajah Athiar dan menekan tombol rekam.

"Ayo cepetan," ujar Alghisa berbisik.

Athiar berdeham beberapa kali dan merapikan bajunya. Tak lupa dia mengangkat telapak tangan di depan mulutnya. Mulutnya dibuka lebar, dia ber'hah' ria di depan kamera dilanjut merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Alghisa menepuk keningnya. Merasa sahabatnya ini sangat konyol dan kebanyakan gaya.

Athiar mengulas senyum manisnya lagi dan memulai aksinya. "Selamat ulang tahun yang kesepuluh, sahabatku. Kuharap kita akan menjadi sahabat selamanya, walau kamu jadi sahabat kutukan dalam hidup aku."

Alghisa membulatkan matanya dari balik kamera. Athiar hampir saja tertawa saat melihat ekspresi kesal Alghisa.

"Iya, kutukan. Kutukan indah yang enggak akan pernah bisa dihapus dalam hidup aku." Lanjut Athiar.

"Enggak ada yang namanya kutukan itu indah! Ngasal aja kamu Athiar." Tukas Alghisa.

"Ada. Kamu dan segala kehidupanmu akan jadi kutukan indah dalam hidupku. Kamu adalah bagian hidupku juga. Kehadiran kamu akan membawa warna di lembaran kisah putih perjalanan hidupku sampai tua nan-"

Kembalinya Cahaya di Hagia SophiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang