"Nak Alghisa, bangun."
Samar-samar Alghisa mendengar suara dari balik pintu kamar. Dia segera bangun dari tidurnya. Masih belum sepenuhnya sadar dia bangkit dan berjalan gontai kearah pintu. Ketika membuka pintu dia melihat Nek Nilam sudah menyambutnya dengan mukena putih yang dikenakannya.
"Mari sholat shubuh barjamaah ke masjid, nak. Kakek sudah menunggu diluar."
Mendengar itu Alghisa langaung membelalakan matanya dan tersadar sepenuhnya. "Ha? Kenapa, nek?"
"Mari ikut kakek dan nenek sholat shubuh berjamaah di masjid. Kakek sudah menunggu. Ini ada mukena buat kamu, tidak perlu dikembalikan."
Setelah Nek Nilam berkata seperti itu Alghisa menerima mukena dan sajadah yang sudah berada ditangannya.

"Kalau gitu Ghisa siap-siap dan ambil wudhu dulu ya, nek." Ujarnya dan langsung ke kamar mandi mengambil wudhu.
Alghisa mengenakan atasan mukena bermotif bungan dengan renda dibawahnya yang membuat penampilannya sangat cantik dan manis. Dia segera keluar menghampiri Kek Mursid dan Nek Nilam dengan membawa sajadah dan bawahan mukena tanpa motif yang disampirkan di lengan bawahnya.
Kek Mursid dan Nek Nilam tersenyum melihat Alghisa dan mereka bergegas ke masjid karena azan shubuh sedang berkumandang. Tak perlu berjalan jauh karena masjid itu cukup dekat dan masih satu area komplek tempat mereka tinggal.
Dipelataran masjid Kek Mursid berjalan lebih dulu memisah dengan Nek Nilam dan Alghisa menuju shaf laki-laki. Sementara Nek Nilam dan Alghisa masih berada di pelataran masjid.
Alghisa menghentikan langkahnya saat disapa oleh seorang ibu-ibu yang baru saja melihatnya. "Eh neng, siapa? Saya baru lihat deh kayaknya. Orang baru, ya?" Tanya ibu itu sambil tersenyum penasaran.
Menganggap baik ibu itu Alghisa memperkenalkan dirinya. "Saya Alghisa bu, saya anaknya Pak Adam Grisham, memang saya baru datang kesini dari luar negeri." Jawab Alghisa ramah.
Tiba-tiba wajah ibu itu berubah drastis. Ibu itu langsung menatap Alghisa rendah dan tidak suka. Ibu yang juga ingin melaksanakan sholat shubuh itu langsung melengos meninggalkan Alghisa dengan lirikan sini masuk ke dalam masjid.
Nek Nilam yang melihat itu mengelus punggung Alghisa. "Sudah tidak perlu dipikirkan, mereka memang begitu. Banyak yang tidak suka dengan keluargamu, wajar jika Bu Dilis seperti itu."
Alghisa hanya menunduk dan merenung sedih mendengar itu. Tak menyangka masih ada saja yang membenci keluarganya. Alghisa berpikir kebencian itu pasti timbul karena masa lalunya itu.
"Sudah, mari masuk masjid." Ajak Nek Nilam.
Alghisa mengangguk dan berjalan memasuki masjid. Di pintu masjid dia kembali berpapasan dengan seorang ibu lagi yang kini menyapa Nek Nilam. "Nek Nilam, tumben bawa gadis cantik ke masjid shubuh-shubuh gini? Saya belum pernah lihat lho." Ujar ibu itu.
Kemudian ibu itu mengarahkan pandangannya ke Alghisa. "Siapa neng namanya? Cantik bener deh MasyaAllah." Ujarnya lagi ke Alghisa.
Kali ini bukan Alghisa yang menjawab karena dia tidak ingin mendapat respon seperti sebelumnya. Paham dengan kondisi Alghisa, Nek Nilam segera menjawab dengan senyuman diwajahnya.
"Ini cucu saya bu, baru saja datang dari jauh. Saya permisi duluan ya, Bu Ida." Ujar Nek Nilam dan langsung menggandeng Alghisa masuk ke dalam masjid.
Bu Ida mengangguk masih dengan senyumnya. "Mari-mari, nek."
Medengar iqomah, Nek Nilam dan Alghisa segera menghamparkan sajadah dan menunaikan sholat shubuh berjamaah.
🥀🥀🥀
Alghisa berada di depan ruangan dimana Dasa dirawat. Dari balik kaca dia bisa melihat seorang wanita paruh baya sedang menemani Dasa yang terkulai lemas di ranjang rumah sakit. Alghisa menatap sedih wajah Dasa yang sangat pucat dengan perban yang melilit kepalanya. Selang dan luka pun menghiasi wajah lucu Dasa. Wajahnya yang selalu nampak ceria kini berubah sendu.
Air mata Alghisa mengalir. Saat pintu terbuka, Rahel, mama tirinya langsung terkejut melihat kedatangan Alghisa.
"Apa yang kamu lakukan disini? Apa kamu belum puas membuat anak saya masuk rumah sakit? Dasar anak pelacur!" Cercanya kesal.
"Tolong jangan katakan itu, Ma." Pinta Alghisa sembari menangis.
Alghisa sedih, baru saja dia datang, tapi dia sudah mendapat hinaan dari ibu tirinya. Alghisa sadar itu salahnya. Tapi dia hanya ingin melihat kondisi Dasa.
"Aku mau ketemu Dasa, ma."
Rahel menepuk tangannya beberapa kali sambil tersenyum. "Kamu pikir saya akan biarin kamu ketemu Dasa? Iya?"
"Ma, tolong." Ujar Alghisa lirih.
"Sampai kapan pun saya enggak akan biarin kamu dekat-dekat sama anak saya!" Jelasnya penuh penekanan.
Alghisa tidak peduli, dia menerobos masuk ke ruangan Dasa dirawat. Rahel mengejar Alghisa dan menarik-narik Alghisa yang berlutut menggenggam tangan kecil Dasa yang sedang di infus. "Kakak disini, Dasa. Disamping kamu." Ujarnya dengan tangis sesenggukan.
Tak ada respon dari Dasa. Matanya masih terpejam dan tubuhnya terkulai lemas di ranjang. Dasa masih koma.
Tak lama dokter masuk ke ruangan dan meminta kami keluar sesaat agar dokter bisa mengontrol keadaan Dasa. Mendapat kesempatan itu, Rahel dengan mudah mengusir Alghisa.
"Sekarang kamu harus pergi dari sini! Saya tidak mau melihat muka kotor kamu lagi. Dasar anak jalang! Pergi!" Teriak Rahel saat mereka sudah berada diluar ruangan.
"Ma, aku mohon jangan usir aku. Aku mau nemenin adik aku disini." Pinta Alghisa sambil memohon di kaki Rahel. Tapi mama tirinya itu tidak mempedulikannya.
"Jangan pernah sebut anak saya sebagai adik kamu lagi! Sekarang kamu pergi dari sini atau saya akan panggilkan satpam untuk mengusir kamu!" Ancam Rahel. Mama tirinya itu mendorong bahu Alghisa dengan keras hingga dia tersungkur ke lantai.
Alghisa tidak memiliki pilihan lain, untuk sekarang ini dia memang harus mengalah. Dia terpaksa meninggalkan rumah sakit dengan langkah kecewa. Lebih kecewanya lagi dia hanya bisa menatap punggung abiynya yang baru saja keluar dari lift sebelahnya sebelum pintu lift yang dia masuki tertutup.
Ingin sekali Alghisa menemui abiynya, tapi dia tidak ingin memperburuk keadaan atas kondisinya saat ini. Abiynya pasti akan memarahi Rahel jika tau perlakuan istrinya itu pada Alghisa.
🥀🥀🥀
#TBC
Makasih yang udh baca cerita ini, semoga suka ya :)
Jangan lupa voment 💙
Dukungan kalian sangat berarti 🤗See you next part 🖐🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembalinya Cahaya di Hagia Sophia
Teen Fiction[ON GOINGGG] Alghisa Shaenette seorang gadis yang mengidap gangguan mental post traumatic stress disorder akibat insiden yang menimpanya delapan tahun lalu. Alghisa mengelak takdir dan mengasingkan diri ke negara sekuler. Namun, takdir membawanya ke...