"Adnan! Stop! Kamu mau nyelakain aku?" Tanya Alghisa berteriak karena suaranya yang tersamarkan oleh suara angin kencang dan suara motor Adnan yang gaduh. Adnan masih mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. "Kamu enggak inget pesan bunda kamu tadi? Kamu harus hati-hati dan jaga aku baik-baik!"
Mendengar itu perlahan Adnan mengurangi kecepatan motornya dan menepi. Alghisa langsung melepaskan cengkraman tangannya dari bahu Adnan. Adnan menatapnya dalam. "Al, lo enggak perlu khawatir. Gue enggak akan ngebiarin orang yang gue sayang kenapa-napa."
"Tapi kenapa kamu bawa aku kebut-kebutan gini? Aku takut tau!"
"Al, percaya sama gue. Lo enggak akan kenapa-napa selagi gue ada di deket lo." Ujar Adnan meyakinkan istri tersayangnya itu. Alghisa terdiam.
"Lebih baik lo tarik napas dalam terus hembusin sampai lo ngerasa rileks. Abis itu pegangan, gue mau ngebut bawa lo ke suatu tempat. Lo boleh teriak sepuas lo buat ngeluapin emosi lo saat ini. Gue harap perasaan lo lebih lega."
Alghisa mencoba intruksi yang diberikan Adnan. Dia menghembuskan napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Apa yang dikatakan Adnan ada benarnya, Alghisa merasa lebih rileks dari sebelumnya.
"Gimana perasaan lo sekarang? Udah lebih rileks?" Tanya Adnan. Dia memerhatikan Alghisa yang mengangguk lewat kaca spion. Sambil tersenyum Adnan meraih tangan kanan Alghisa disisi kanan pinggangnya disusul sisi kirinya.
Alghisa yang sadar akan hal itu mencoba melepas kedua tangannya dari pinggang Adnan, namun Adnan tak membiarkan tangan itu terlepas. Dia justru menahan tangan Alghisa untuk terus berpegangan memeluknya.
"Gue mau bawa lo ke suatu tempat. Tapi gue mau ngebut. Makanya lebih baik lo pegangan supaya aman."
"Kan bisa gausah nge—"
Belum selesai Alghisa bicara, Adnan sudah tancap gas melesat di jalanan yang cukup sepi dengan kecepatan tinggi membuat Alghisa terkejut dan reflek memeluk Adnan erat karena dirinya yang hampir terjungkal ke belakang. Alghisa yang kesal mencubit pinggang Adnan. Adnan bukannya kesakitan justru merasa geli dan tertawa dari balik kaca helmnya. Dia menurunkan sedikit kecepatannya dan membuka kaca helmnya sambil berteriak agar Alghisa mau melepaskan cubitannya.
"GELI, AL! LEPASIN!"
"ENGGAK MAU!" Alghisa keras kepala.
"Nanti bisa oleng gue yang bawa motor. Nanti bahaya, kalo lo jatuh gimana? kalo gue mah enggak papa."
Mendengar itu Alghisa melepaskan cubitannya dan sedikit merenggangkan pegangannya di pinggang Adnan. Adnan kembali menaikkan kecepatan laju motornya. "Teriak, Al! Teriak buat ngeluapin semua emosi lo. Keluarin semua kekesalan dan penyesalan. Buang segala energi negatif yang ada di dalam diri lo. Senggaknya teriakan lo bisa bikin perasaan lo lebih lega dan ngurangin stress yang lo alami akhir-akhir ini."
"A-aku enggak bisa."
"Lo pasti bisa! Teriak, Al! Keluarin semua emosi lo!" Teriak Adnan meyakinkan Alghisa.
Alghisa melihat jalanan yang cukup sepi. Untuk beberapa saat Alghisa mempertimbangkan seruan Adnan. Alghisa kembali menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Alghisa menengadahkan wajahnya menatap langit dengan mata terpejam. Dia semakin merasakan kecepatan motor Adnan yang melaju kencang. Detik berikutnya Alghisa membuka matanya dan berteriak sekuat tenaganya. "AAAAAAA!" Teriaknya.
"Lagi Al, sampai lo puas dan ngerasa lebih lega."
Mendengar itu Alghisa kembali berteriak. "AAAAAAA!"
Adnan tertawa. Mendengarnya Alghisa ikut tertawa diakhir teriakannya. Dia mencubit pelan pinggang Adnan karena merasa malu.
"Aduh." Kaget Adnan geli. "Enggak papa kali Al, gausah malu gitu sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembalinya Cahaya di Hagia Sophia
Novela Juvenil[ON GOINGGG] Alghisa Shaenette seorang gadis yang mengidap gangguan mental post traumatic stress disorder akibat insiden yang menimpanya delapan tahun lalu. Alghisa mengelak takdir dan mengasingkan diri ke negara sekuler. Namun, takdir membawanya ke...