Semua penghuni kelas mulai meninggalkan bangkunya setelah bel pulang berbunyi. Sesuai hukuman yang diberikan Pak Slamet, kini Adnan menghampiri Alghisa yang sudah menunggu di depan kelas. Tapi Adnan tidak sendiri, dia ditemani Joshua yang siap mengekor dibelakangnya.
Sekolah ini mempunyai dua gedung yang cukup besar. Adnan mengajak Alghisa berkeliling dan menjelaskan setiap ruangan yang ada. Setelah setengah jam berkeliling, akhirnya mereka sampai di gerbang sekolah.
"Gue udah selesain hukuman gue. Sekarang gue mau pulang."
"Makasih, ya." Ucap Alghisa. Adnan hanya diam dan melengos begitu saja dari hadapannya.
"Eh! Sopan dikit dong. Bilang sama-sama gitu atau senyum. Lihat aku aja enggak kalo ngomong, emangnya aku ini tak kasat mata." Dumel Alghisa.
Adnan yang merasa kalimat itu untuk dirinya berbalik menatap Alghisa. Alghisa benar, Adnan memang tidak menatapnya selama bersamanya, dia hanya melirik Alghisa sesekali untuk memastikan Alghisa mengerti apa yang dia jelaskan.
"Emangnya lo siapa? Orang penting? Sampe harus gue liatin. Emangnya lo istri presiden?" Balas Adnan.
Bukannya menyadari kecuekannya, dia justru semakin memperkeruh suasana dengan pertanyaannya itu. Alghisa kesal bukan main dengan Adnan. Tapi dia memilih diam. Sementara Adnan kembali melanjutkan langkahnya.
Alghisa menunduk memegangi kedua lututnya. Sekolah yang bisa dibilang besar ini cukip membuatnya kelelahan. Tiba-tiba seseorang menyodorkan sebotol minuman ion ke wajahnya. Alghisa menengadah, menatap Joshua dengan raut bingung karena beberapa waktu lalu dia sempat menghilang.
"Nih minum. Pasti lo cape, kan." Ujarnya dengan senyuman.
Alghisa menatap botol minuman itu cukup lama. Joshua menyodorkannya lebih dekat. Dengan ragu Alghisa meraihnya.
"Hm. Nanti aku gan-"
"Enggak usah diganti, gue beliin buat lo." Belum selesai Alghisa bicara Joshua sudah menyambarnya. Dia kembali tersenyum.
Alghisa mengangguk dan tersenyum tipis. "Makasih." Ujarnya sambil mengangkat botol minuman yang dia pegang.
"Lo mau nunggu jemputan disini?" Tanya Joshua.
"Enggak, aku mau pulang naik kereta."
"Emangnya lo tau stasiun deket sini?"
"Liat di Maps."
"Yaudah Jo, aku duluan ya."
Sambil berjalan Alghisa menyalakan ponselnya dan mengklik aplikasi google maps. Setelah mencari stasiun terdekat dari sini, dia langsung melangkah mengikuti titik yang ingin dituju. Jarak dari sekolahnya ke stasiun menempuh perjalanan sekitar sepuluh menit dengan berjalan kaki.
Setelah beberapa menit berjalan, Alghisa merasa ada yang mengikutinya dari belakang. Dia menoleh, mendapati tidak ada orang dibelakangnya. Melihat itu Alghisa kembali melanjutkan langkahnya. Beberapa menit kemudian Alghisa kembali merasa ada orang yang mengikutinya. Dia kembali menoleh ke belakang, mendapati Joshua berjalan di di belakangnya.
"Kamu ngikutin aku, ya?" Tanya Alghisa.
"Iya." Jawab Joshua santai dengan cengiran yang tersungging dibibirnya.
"Sejak kapan?"
"Sejak lo keluar dari gerbang." Joshua menggaruk pelipisnya.
"Aku bisa pulang sendiri, Jo." Protes Alghisa. Dia merasa tidak nyaman jika harus dikuntit seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembalinya Cahaya di Hagia Sophia
Teen Fiction[ON GOINGGG] Alghisa Shaenette seorang gadis yang mengidap gangguan mental post traumatic stress disorder akibat insiden yang menimpanya delapan tahun lalu. Alghisa mengelak takdir dan mengasingkan diri ke negara sekuler. Namun, takdir membawanya ke...