34 ~ Deep Talk

17 1 0
                                    

"Bukan itu maksud aku, tapi terserah kamu deh. Kamu tuh emang nyebelin." Ujar Alghisa kesal dan sedikit frustasi, tapi terlihat menggemaskan dimata Adnan. Alghisa menunduk kecewa, menggerutu dalam hati saat dirinya mulai nyaman dengan Adnan justru sikap menyebalkannya kembali muncul.

Tak lama, Adnan menyentuh dagu Alghisa dan menengadahkan wajah perempuan itu menatap wajahnya. Adnan tersenyum. "Aku cuma bercanda sayang. Maaf ya, jangan dibawa perasaan."

Alghisa yang sempat kecewa mendadak salting brutal karena ulah Adnan. Alghisa menatap tajam laki-laki didepannya itu untuk menutupi salah tingkahnya. Adnan terdiam terlihat takut jika nantinya Alghisa akan marah lagi padanya.

Alghisa semakin memicingkan kedua matanya dan kedua alisnya yang hampir menyatu. Sedetik setelahnya Alghisa langsung melayangkan jurus cubitan maut di pinggang Adnan. Adnan yang terkejut tidak bisa menghindari serangan dari Alghisa. Dia meringis kesakitan sekaligus tertawa kegelian. Namun, bukan Adnan jika tidak mencari kesempatan di dalam kesempitan.

Melihat celah untuk membalas Alghisa, Adnan langsung menyambar pinggang Alghisa dan menggelitikinya. Alghisa yang merasa geli reflek tertawa dan mencoba menghindari tangan Adnan dari pinggangnya. Kini Alghisa yang menghindar dari gelitikan Adnan.

"NAN, GELI TAU!"

"Biarin, siapa suruh cubit pinggang gue tiba-tiba."

"Kamu duluan yang bikin aku kesel." Alghisa meraih kedua tangan Adnan dan menjauhkannya dari pinggangnya. "Udah ya, Nan. Geli tau."

Adnan tersenyum meledek. "Iya deh yang sekarang udah berani nyubit-nyubit gue."

Alghisa menahan senyum malunya. "Kamu tuh emang nyebelin ya, Nan!"

Lagi dan lagi Adnan meraih kedua tangan Alghisa. "Tapi lo sayang, kan?" Tanya Adnan membuat Alghisa terdiam sesaat.

"Apaan sih, Nan! Jangan ngarep, deh."

"Ya... siapa tau aja, kalau enggak sekarang siapa tau besok, atau lusa, atau besoknya lagi. Yang penting akan ada waktunya. Iya enggak?" Tanya Adnan sambil tersenyum dan menaik turunkan kedua alisnya.

"Terserah kamu, deh." Ujar Alghisa tak peduli. Dia menatap aneh Adnan yang terus saja tersenyum menatapnya. Alghisa menaikkan alis kanannya bingung. Tiba-tiba dia teringat sesuatu. Dia langsung melepas genggaman Adnan dari tangannya saat menyadari Adnan yang tak henti-hentinya tersenyum.

"Kok di lepas sih, Al?"

"Karena kamu nyebelin."

"Terus kalo gue enggak nyebelin, lo enggak bakal lepas tangan gue?"

"Entah. Mungkin."

"Beneran mungkin?"

"Ya enggaklah! Pasti aku lepas juga."

Mendengarnya, Adnan mendengus kecewa bersamaan dengan bahunya yang melemas seperti tak punya tenaga. "Kirain." Gumamnya dengan bibir mengerucut seperti anak kecil, membuat Alghisa hampir tertawa melihat ekspresinya saat ini. Entah mengapa Alghisa sudah merasa tidak canggung lagi dengannya.

"Nan?" Panggilnya.

Adnan menatapnya teduh. "Iya?"

"Kenapa sih sikap kamu suka berubah-ubah? Kadang baik, kadang nyebelin, kadang juga dua-duanya. Enggak bisa ditebak."

"Jadi menurut lo gue baik apa nyebelin?"

"Dua-duanya, tapi banyakan nyebelinnya, sih. Tapi aku ngerasa aneh aja sama sikap kamu yang beda akhir-akhir ini. Semenjak kamu nikahin aku, kamu tuh jadi baik dan perhatian ke aku. Sebelumnya kamu cuek-cuek aja tuh. Enggak peduli sama sekali malah. Intinya sikap kamu enggak senyebelin Adnan yang aku kenal di sekolah."

Kembalinya Cahaya di Hagia SophiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang