18 ~ Penghianat

17 3 0
                                    

Sejak jam istirahat Alghisa sama sekali tidak melihat batang hidung Adnan, padahal dia ingin menemuinya sejak tadi. Tasnya bahkan sudah tidak ada di kelas sejak terdengar pengumuman dari speaker kalau sedang ada rapat guru dan siswa dibolehkan pulang setelah jam pelajaran terakhir.

Alghisa memutuskan beranjak dari tempat duduknya mencari Adnan. Dia terus berjalan menyusuri koridor sambil celingukan kesana kemari. Dari kejauhan Alghisa melihat seseorang berlari kearahnya. “Lo baru keluar kelas, Al?” Tanya Joshua saat sampai didepan Alghisa.

“Iya, Jo."

“Yaudah, gue duluan ya, kebelet.” Joshua melanjutkan larinya yang sempat tertunda.

“Jo!” Panggil Alghisa membuat Joshua kembali menghentikan larinya. Dia menoleh. Jaraknya belum terlalu jauh dari Alghisa.

“Kamu tau enggak, Adnan lagi dimana?”

“Kenapa emangnya?” Tanya Joshua balik dengan raut bingung.

“Ada perlu sama dia.”

“Ouh, si Adnan lagi di lapangan basket.”

Mendengar perkataan Joshua, Alghisa mengangguk mengerti. “Makasih, Jo.” Alghisa lanjut berjalan.

“Al.” Panggil Joshua. Kini Alghisa yang menoleh. “Di lapangan basket in-door ya, bukan yang out-door.” Lanjutnya. Alghisa mengangguk.

Alghisa kembali melanjutkan langkahnya. Dia menyempatkan diri ke kantin untuk membeli sesuatu. Alghisa mengambil sebotol air mineral dingin dan membayarnya.

Alghisa menaiki tangga menuju lantai tiga. Lapangan basket in-door berada disana. Dia terus berjalan hingga tiba didepan pintu besi berwarna abu-abu dengan jendela kaca berukuran kecil dibagian atasnya. Alghisa melihat ke dalam melalui kaca itu. Dia melihat teman-temannya sedang bermain basket disana, tapi dia tidak bisa melihat dengan jelas keberadaan Adnan.

Alghisa memberanikan diri membuka pintu perlahan dan masuk ke dalam ruangan. Dia melihat beberapa siswa yang menonton pertandingan, itupun bisa dihitung dengan jari. Alghisa menyusuri bangku penonton yang kian lama semakin menurun. Dia mengedarkan pandangan ke bangku-bangku mencari tas milik Adnan. Pandangannya tertuju pada tas berwarna hitam yang tergeletak dibagian tengah tribun. Dia yakin sekali kalau tas itu milik Adnan.

Alghisa menghampiri tas itu dan duduk dibangku sebelahnya. Matanya beralih menatap lapangan basket mencari sosok yang dicarinya disana. Alghisa melihat Adnan sedang membawa bola dengan keringat yang membasahi tubuhnya. Dengan sigap Adnan menembakkan bola ke ring lawan.

Sorak sorai timnya bisa terdengar jelas ditelinga Alghisa, bahkan dia juga mendengar teriakan beberapa siswi yang menonton tidak jauh dari tempatnya duduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sorak sorai timnya bisa terdengar jelas ditelinga Alghisa, bahkan dia juga mendengar teriakan beberapa siswi yang menonton tidak jauh dari tempatnya duduk. Adnan berhigh-five dengan teman setimnya menandakan pertandingan telah berakhir dan tim Adnan memenangkan pertandingannya.

Saat Adnan sedang mengobrol dengan teman setimnya tanpa sengaja dia melihat Alghisa sedang menatapnya. Kemudian dia menatap temannya lagi, lebih tepatnya Diki. Satu tangannya menjabat tangan Diki dan tangan lainnya menepuk bahu Diki bermaksud pergi duluan dari lapangan. Diki mengangguk mengiyakan. Adnan berjalan menghampiri Alghisa, tapi sebenarnya tidak. Lebih tepatnya menghampiri tas disamping Alghisa. Adnan mengambil tasnya dan duduk setelah meletakkan tasnya di bangku sebelahnya. Dugaan Alghisa benar, tas itu memang milik Adnan.

Kembalinya Cahaya di Hagia SophiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang