Buruan, turun." Ujar Adnan yang sedari tadi menunggu Alghisa turun dari motornya. Alghisa masih terdiam dibelakang Adnan. "Turun, Al. Kita udah sampai." Ujarnya lagi seraya melihat Alghisa dari kaca spion.
Melihat Alghisa yang masih diam Adnan turun dari motornya membiat Alghisa kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh. "Adnan! Adnan!" Reflek Alghisa.
Adnan langsung membantu Alghisa turun dari motornya. Alghisa terpaksa turun dari motor Adnan. Dia hendak melepas helm di kepalanya, tapi lagi-lagi penguncinya macet. Adnan langsung menyambar pengunci helm di kepala Alghisa dan dengan cekatan membuka pengunci itu.
"Punya helm kok susah banget dibukanya." Gerutu Alghisa kesal sekaligus menyembunyikan rasa salah tingkahnya karena tatapan Adnan yang terus memperhatikan wajahnya.
Adnan hanya diam dan menatap Alghisa yang kesal sambil menaruh helm di jok motornya. Tapi rasa salting Alghisa tak berhenti disitu. Adnan kembali mendekatinya dan merapikan posisi hijabnya yang sempat berantakan karena helm yang dipakainya.
"Udah rapi, udah cantik, sederhana tapi elegan. Emang cocok banget buat istri gue."
"Apaan sih, Nan!"
"Dimana-mana istri kalo dipuji sama suaminya seneng. Lah lo apaan sih, Nan!" Ucap Adnan menirukan perkataan Alghisa.
"Biarin."
"Yaudah, ayo masuk."
"Enggak mau."
"Kok enggak mau?"
"Aku belum siap."
"Harus siap. Ayo." Ujar Adnan yang langsung menarik tangan Alghisa ke depan pintu rumahnya.
"Al." Panggil Adnan sebelum mengetuk pintu. Alghisa berdeham.
"Ikutin kata gue. Asem." Ujarnya seperti mengajari anak tk.
Alghisa hanya diam, malas menanggapi tingkah konyol Adnan barusan.
"Al, ikutin kata gue tadi. Enggak mau jadi istri durhaka, kan?"
Alghisa mendengus. "Asem." Ucapnya meniru perkataan dan ekspresi Adnan. Tanpa Alghisa sadari, kata itu mampu membuat senyuman tipis dibibirnya. Itulah alasan Adnan meminta Alghisa mengucapkan kata itu. Memang tidak sekonyol yang dipikirkan Alghisa.
"Nah, gitu dong."
Adnan mengetuk pintu rumahnya. Tidak perlu menunggu lama seorang wanita paruh baya dengan tabir yang menutupi wajahnya membukakan pintu. Matanya menyipit menandakan senyuman saat menyambut kedatangan mereka.
"Assalamu'alaikum, bunda." Ucap Adnan kemudian menyalimi tangan bundanya.
"Walaykumussalam."
Wanita itu menatap Alghisa masih dengan senyumnya. Alghisa yang sedikit malu ikut menyalimi tangan ibu mertuanya itu.
"Akhirnya menantu bunda datang juga. Silahkan masuk." Ajaknya.
Alghisa mengangguk. Bunda masuk lebih dulu dan mengarahkan mereka ke ruang makan. Adnan yang melihat Alghisa masih berdiri ditempat langsung menggandeng tangan kanannya menuju ruang tamu.
"Manja banget, sih. Minta digandeng mulu."
Alghisa melirik Adnan sekilas sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Adnan. "Kamu duluan. Lepas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembalinya Cahaya di Hagia Sophia
Fiksi Remaja[ON GOINGGG] Alghisa Shaenette seorang gadis yang mengidap gangguan mental post traumatic stress disorder akibat insiden yang menimpanya delapan tahun lalu. Alghisa mengelak takdir dan mengasingkan diri ke negara sekuler. Namun, takdir membawanya ke...