Alghisa terus fokus membaca buku biologinya. Sedari tadi dia bergelut dengan pikirannya. Memastikan apa yang dibacanya dapat diserap ke otak. Tanpa diprediksi tiba-tiba Alghisa teringat saat Adnan mengajak Dasa ke taman orzie. Dia masih belum percaya kalau taman itu ada kembali.
Pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab pun menghantui pikirannya. Setelah kejadian itu Alghisa benar-benar mengalami hari yang berat. Dia sering mengalami depresi dan halusinasi. Membuatnya harus melakukan terapi secara rutin.
Alghisa menarik napas dalam dan menghembuskan melalui mulut membuat pipinya mengembung. Dia mencoba merilekskan diri. Alghisa menutup bukunya, rasanya sudah tidak ada mood lagi untuk melanjutkan belajarnya, yang ada pikirannya tambah kacau.
Alghisa beranjak ke balkon sambil menatap langit yang mendung. Dia merasakan angin kencang yang menerpa wajahnya disusul rintikan air hujan yang mulai turun. Pandangannya menatap heran ke teras melihat Adam duduk dikursi panjang sendirian ditengah hujan yang sudah turun.
Tanpa pikir panjang Alghisa berlari membawa payung menghampiri abiynya yang masih duduk disana dengan tatapan kosong. Adnan dan Dasa yang berada di ruang tamu menatap Alghisa bingung. Alghisa membuka payung dan berlari ke arah teras. Dia memayungi abiynya yang maaih terduduk. Adam menengadah menatap anaknya.
"Abiy ngapain disini? Abiy kehujanan." Tanya Alghisa yang suaranya tersamarkan oleh derasnya air hujan.
Adam hanya diam dengan tubuhnya yang kian menggigil. Alghisa segera memapah Adam masuk ke dalam rumah. Adnan yang melihat Alghisa datang bersama Adam segera membantunya. Alghisa melipat payung dan meletakkannya didekat pintu.
Adnan mengalungkan tangan Adam ke lehernya membantu Adam masuk ke dalam kamarnya. Adam tersadar saat duduk di kursi kamarnya. Alghisa segera menyiapkan teh hangat untuk abiynya.
Alghisa termenung memikirkan apa yang terjadi pada abiynya berada sendirian di teras. Bahkan abiynya tidak sadar kalau hujan turun membasahinya. Suara air mendidih menghentikan lamunan Alghisa, dia segera mematikan kompor dan lanjut membuat teh.
Alghisa melihat Adnan yang sudah kembali ketempatnya. Alghisa masuk ke kamar Adam yang pintunya masih terbuka dan meletakkan teh diatas meja. Alghisa yang melihat abiynya sudah berbaring diatas kasur tidak ingin menganggu istirahatnya.
Alghisa menutup pintu kamar abiynya. Pandangannya tertuju memperhatikan Adnan dan Dasa yang ada di ruang tamu.
"Alhamdulillah, kak. Aku udah bisa baca huruf hijaiyahnya." Seru Dasa senang.
"Alhamdulillah." Adnan tersenyum. "Dasa tau enggak, kalau hujan-hujan begini kita juga harus berdoa."
"Oh ya, gimana doanya, kak?" Tanya Dasa antusias.
Adnan menunjuk jendela besar yang terbuka, menampakkan derasnya air hujan yang turun diluar sana. "Lihat deh," ujarnya. Pandangan Dasa mengikuti jari telunjuk Adnan.
"Ketika hujan turun, begini doanya, اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا. Yang artinya, Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat."
"Ouh gitu ya kak, aku jadi belajar doa baru lagi deh," ujar Dasa. Dia tersenyum.
"Iya, doanya pendek kan, tapi maknanya dalam karena hujan meruapakan salah satu berkah yang diberikan Allah dan kita harus mensyukurinya. Coba sekarang Dasa yang baca."
"بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ. اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا."
Dasa berdoa dengan mengangkat kedua tangannya didepan wajah. Dia terlihat menggemaskan saat berdoa seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembalinya Cahaya di Hagia Sophia
Novela Juvenil[ON GOINGGG] Alghisa Shaenette seorang gadis yang mengidap gangguan mental post traumatic stress disorder akibat insiden yang menimpanya delapan tahun lalu. Alghisa mengelak takdir dan mengasingkan diri ke negara sekuler. Namun, takdir membawanya ke...