Alghisa membuka matanya perlahan. Dia memegangi kepalanya yang masih pening seraya mencoba bangkit dari tidurnya. Adnan segera menopang punggung Alghisa dan membantunya duduk.
"Nih, minum." Ujar Adnan menyodorkan sebotol air mineral tanpa label di tangannya.
"Air apa ini?" Tanya Alghisa merasa aneh.
"Air doa."
"Gila kamu Nan, aku enggak lagi kesurupan atau ketempelan."
"Lo yang gila." Ucap Adnan keceplosan.
Alghisa mengerjap. Dia menatap Adnan tak percaya. Dengan kesal dia mendorong Adnan menjauh darinya. "Maksud kamu apa? Jadi setelah kamu tau semuanya, kamu bilang aku gila? Iya? Aku emang gila, Nan. Aku sampe ngereog kayak gini karena aku sakit mental. Aku sakit! Aku gila!" Ujar Alghisa kemudian tertawa. Namun, lama-lama tawanya terdengar sedih dan menyayat hati seperti orang yang sedang kerasukan.
"Enggak, Al. Maksud gue bukan gitu. Maksud gue, gue kasih air ini supaya lo bisa terhindar dari gangguan jin karena pikiran lo sering kosong. Ini cuma buat perlindungan aja."
"Kamu bohong! Kamu udah tau semuanya, kan?"
Adnan terdiam.
"Jawab aku, Nan!"
"Iya."
Alghisa melemas. Dia memang mengizinkan dokter Nina memberitahukan kondisinya, tapi tidak dengan masa lalunya. Alghisa menangis, tangisnya tidak terkendali membuatnya meraung-raung sedih. Alghisa yang ingin mengamuk langsung ditahan Adnan dengan memeluknya. Berharap Alghisa dapat tenang dipelukannya.
"Aku gila, Nan. Aku gila. Harusnya kamu enggak perlu tau masa lalu aku! Kamu cukup tau aja sama kondisi aku yang gila ini!" Ucap Alghisa sambil menangis.
"Enggak, Al. Kamu enggak gila. Maafin aku. Aku enggak sengaja bilang begitu. Tenang ya sayang, ini semua bukan salah kamu."
"Aku emang gila! Aku emang gila!" Racaunya sambil memberontak di pelukan Adnan.
Adnan meraih kedua pipi Alghisa. Membuat Alghisa terfokus pada wajahnya. "Istighfar, Al. Istighfar. Inget Allah. Kita sholat, ya."
Alghisa terdiam, kemudian dia mengangguk pelan. Adnan merapikan rambut Alghisa yang berantakan dan basah karena air mata. Dia mengelap pipi Alghisa yang basah. Dengan lembut Adnan mengusap kepala Alghisa seraya merapalkan doa. Adnan mendekat dan meniup dahi dan kepala Alghisa. Alghisa merasa sedikit lebih tenang.
"Minum, ya. Abis itu kita sholat magrib berjamaah."
Alghisa mengangguk dan meminum air pemberian Adnan.
🥀🥀🥀
Rokaat demi rokaat Alghisa selesaikan diiringi suara merdu Adnan saat membacakan ayat suci Al-Quran. Setelah empat rokaat Adnan menutup sholat dengan salam. Dia menoleh ke kanan kemudian ke kiri diikuti Alghisa dibelakangnya. Dengan khusyuk Adnan berdoa seraya menengadah dan mengangkat kedua tangannya.
Alghisa menyapukan tangannya ke wajah setelah Adnan menyelesaikan doanya dengan ummul Quran.Adnan berbalik menatapnya. Dia kembali mengulurkan tangannya, Alghisa yang mulai terbiasa, meraih tangan Adnan dan mencium punggung tangannya. Adnan tersenyum tipis lalu lanjut mencium kening Alghisa dan mengelus pucuk kepalanya lembut.
"Maafin gue Al, gue bener-bener minta maaf. Gue enggak sengaja bilang gitu. Mulai sekarang gue akan berusaha jaga ucapan gue ke lo. Gue enggak akan nyakitin hati lo lagi. Maafin gue ya, gue akan berusaha nerima masa lalu lo sebagai bagian dari hidup gue juga. Kita lewatin semuanya sama-sama ya, gue akan selalu jadi support system buat lo. Lo mau kan maafin gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembalinya Cahaya di Hagia Sophia
Teen Fiction[ON GOINGGG] Alghisa Shaenette seorang gadis yang mengidap gangguan mental post traumatic stress disorder akibat insiden yang menimpanya delapan tahun lalu. Alghisa mengelak takdir dan mengasingkan diri ke negara sekuler. Namun, takdir membawanya ke...