Istanbul
03.10Menjalani hidup di salah satu kota global terkemuka bukanlah hal yang mudah. Tinggal di kota lintas benua berpenduduk lebih dari lima belas juta orang ini rasanya Alghisa masih belum percaya kalau dirinya benar-benar melaluinya sendiri. Setidaknya Turki memiliki panorama indah dan beragam keunikan yang selalu menemani kemandirian Alghisa.
Tinggal di kota yang menjadi saksi terjadinya peristiwa-peristiwa besar Turki membuat Alghisa tak pernah bosan mempelajari khazanah peninggalan sejarah yang sangat banyak dan masih kokoh berdiri diatas tanah Kota Istanbul. Itulah yang membuat Alghisa terus bertahan melanjutkan hidupnya dengan lebih baik.
Besar harapan Alghisa untuk menemukan kembali jati dirinya sebagai muslim melalui khazanah islam di Istanbul. Berharap ada secercah cahaya yang menembus hati kecilnya hingga menghapuskan titik-titik hitam yang ada disana dan menerangi seluruh hidupnya kembali seperti sebelumnya.
Dering telepon mengagetkan gadis kecil yang kini telah tumbuh dewasa itu, Alghisa meraih ponselnya diatas nakas. Melihat nama yang tertera dia mengernyit, bertanya-tanya dalam hati mengapa abiynya menelepon selarut ini.
Sambil menunggu abiynya berbicara, Alghisa berjalan ke balkon apartemennya. Dia memperhatikan kondisi kota yang cukup sepi dan langit yang masih gelap.
"Halo kak! Ini Dasa." Suara lucu dari seberang ponsel langsung terdengar di telinganya. Alghisa mengerjapkan mata. Ternyata yang menelepon adik kecilnya.
"Halo Dasa, gimana kabar kamu?" Tanya Alghisa senang. Sudah lama dia tidak berkabar dengan adik kecilnya itu.
"Baik kak, kabar kak Ghisa gimana? kak Ghisa juga baik, kan?"
"Kakak juga baik, kok."
"Kak Ghisa enggak mau ngucapim sesuatu buat Dasa?"
Alghisa mengernyit, "Ngucapin apa?"
"Kak Ghisa masa lupa sih hari ini hari apa."
"Hari ini hari Sabtu. Memangnya ada apa?"
Tidak ada jawaban dari ponsel Alghisa. Dia melihat langit sambil mengingat-ingat sesuatu. Belakangan ini dia terlalu sibuk mendalami pelajarannya di luar jam sekolah.
"Apa kakak melewatkan sesuatu?"
"Ya, hari ini kan hari ulang tahun Dasa. Kak Ghisa lupa, ya?"
Mendengar itu Alghisa langsung mengecek tanggal di ponselnya, dia menepuk kening. Astaga kenapa aku bisa lupa. Batin Alghisa.
"Selamat ulang tahun, Dasa. Maaf ya kakak lupa." Ujar Alghisa menyesal. "Nanti kakak kirimin kadonya ya, sayang."
"Enggak perlu, kak. Dasa enggak mau kado dari kak Ghisa, tiap tahun Dasa sudah cukup mendapatkan banyak kado."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembalinya Cahaya di Hagia Sophia
Teen Fiction[ON GOINGGG] Alghisa Shaenette seorang gadis yang mengidap gangguan mental post traumatic stress disorder akibat insiden yang menimpanya delapan tahun lalu. Alghisa mengelak takdir dan mengasingkan diri ke negara sekuler. Namun, takdir membawanya ke...