#13 Tanda sihir

132 44 3
                                    

Jeruji besi menjadi sangkar penyihir-penyihir gila berpraktek sihir hitam. Mereka terkurung di dalam sepetak sel tahanan sempit tanpa sebalut kekuatan magis.

Hidup dengan penyakit kulit dan karang gigi sudah menjadi sebagian dari diri mereka, tanpa makanan dan tanpa perhatian. Dibiarkan terlantar, tergeletak, berceloteh ngawur dan, gila.

Hidup dalam bayang-bayang magis yang menghantui. Sebab, tak ada sebarang sihir yang bekerja di bawah sana. Menyebabkan banyak tubuh membusuk di atas lantai berkarat, terbalut suram mekar menggerogoti sebatang daging lezat di bawah cahaya umbral alam bayangan.

Tangan-tangan jahil terjulur keluar melewati sela-sela jeruji besi, menggapai-gapai seonggok tubuh perempuan bersurai putih. Ayun langkah santainya terus menjejaki jalanan-jalanan berkarat di sekitar jeruji-jeruji yang berdiri angkuh.

Mengedarkan pandangan menggunakan netra hitamnya, bau menyengat suram mekar beterbangan di udara, memasuki indera penciuman milik siapa saja—bagi yang masih berfungsi dengan normal.

Kelopak bunga ebon dari mekar suram bertebaran di sisi-sisi sebatang mayat, bertumbuh lagi menjadi tunas baru. Udara di sekitar mekar suram bersenandung dengan teriakannya yang sunyi.

Ayunan langkah terhenti di salah satu sel tanpa tangan terjulur jahil, mengumpulkan seluruh atensi si putih menjadi sebuah ketertarikan untuk menilik ke dalam sangkar itu. Berpegangan pada jeruji angkuh yang menatapnya sarkas nan penuh akan makian.

Seulas senyum kecil tergambar di bibir ranumnya, menemukan seonggok tubuh rimpuh tengah duduk bersimpuh di kursi panjang tahanan disertai derai air yang keluar dari pelupuk matanya.

"Adaire?"

Tersebut sebuah nama, membuat yang terpanggil menoleh pada sumber suara di luar sangkar. Seolah menemukan cahaya harapan terakhir, wanita paruh baya datang menghampiri dengan paha dan tangannya, ia terlalu lemah untuk berdiri.

Menggenggam erat tangan milik si putih, membuat perempuan itu berjongkok menyetarakan tingginya dengan Adaire.

Tangis wanita itu pecah disertai sebuah makian serta tawaan-tawaan aneh yang juga turut terlontar dari para tahanan gila. Namun, keduanya membiarkan lontaran tak berarti mereka.

"Gianna, aku.."

"Aku membawakan makanan untukmu," terlihat si putih nampak mengeluarkan sesuatu dari dalam kantung jubah abu-abunya. Tangan keriput si wanita dengan cepat meraihnya, membuka bungkusan kertas yang membalut makanan di dalamnya. "Juga  informasi yang kurasa kau harus mengetahuinya."

Si wanita meletakkan kasar makanan itu di samping kaki tanpa alasnya. Seorang perempuan dengan tampilan awut-awutan di samping sel tahanannya berusaha keras meraih bungkusan kertas berjarak jauh.

"Apa yang terjadi padanya? Dia baik-baik saja, 'kan? Katakan padaku, kumohon katakan padaku.." Si wanita merintih keras memohon sesuatu yang bahkan tidak diketahui jawabannya oleh si putih.

Si putih menggenggam erat tangan keriput yang telah dimakan usia, perempuan itu menggeleng pelan. Wanita tersebut Adaire kembali terisak, sirna sudah harapan terakhirnya.

"Aku ingin mendengar kabar baik darimu."

Helaan nafas terdengar dari si putih, "tidak ada kabar baik yang kubawa kemari." Ungkapnya pelan, namun mengundang banyak gelakan tawa puas dari beberapa sangkar.

Rongga dadanya seakan sesak, dipenuhi oleh lingkup perasaan aneh dan sengsara yang seiring berjalannya waktu membuatnya menjadi sinting.

"Gadis itu sedang berhadapan dengan para petinggi, juga makhluk terkutuk yang telah terbebas. Namun, tanggung jawabnya akan semakin besar seiring berjalannya waktu."

THE LEXINE : Forbidden Love [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang