Zrasshh~
Sepasang netra terbuka. Mendapati diri berada di bibir pantai, terdampar di sebuah pulau akibat sapuan ombak.
Baju yang dikenakan seluruhnya basah akibat genangan air yang sesekali menghampirinya. Barangkali menanyakan kabar padanya 'apa kau baik-baik saja' namun nyata tidak demikian. Sapuan ombak itu seakan mengecam kehadirannya di tanah ini dan seolah mengajaknya pulang kembali. Memperingati, akan sesuatu. Namun taklah juga mengerti ataupula peduli, hingga lantaslah mengacuhkan dan lalu tersadar begitupula melangkah pergi ke dalam pulau.
Hanya tersisa setidaknya delapan orang kru yang berhasil selamat, ditambah keberadaan keempat orang, Valerie, Alceena, Zephyr dan si wanita tua Daisy.
"Sial! Dimana Bosun? Aku bersumpah akan meledakkannya atas tindakan ini." Master Gun bersungut-sungut, pria itu membanting sebuah granat buatannya sendiri pada kejauhan.
Gaduh suara membuat semua orang yakin pasti akan perasaan kesal yang digambarkan lewat benda kesayangannya.
Bruk!
"Jaga ucapanmu, Pak Tua! Aku mungkin akan melemparkanmu pada langit sebelum kau melakukannya," Akeldama meraih kerah baju Master Gun, menatapnya tanda tak bersahabat.
Spontan saja, ia terdiam nanar. Mendengarkan dengan seksama ucapan 'ancaman' yang dilayangkan padanya.
Pria penembak itu membanting tubuh jangkung Akeldama, menginjak dadanya sembari mengisap rokok yang terjejal di mulut. "Disaat seperti ini kau asik membela teman tak bergunamu itu. Mau jadi apa kau nanti, hah!?"
"Itulah gunanya teman." Bilah pedang mengacung pada leher, meneguk ludahpun tak kuasa, ia tertoleh kaku. "Turunkan kakimu dan tutup mulut besarmu itu."
Master Gun terkekeh penuh seringai, seakan tak ada takut, tidakpula merasa terancam. "Kenapa aku harus menuruti perintah elf rendahan sepertimu?"
Alceena menaikkan sebelah alisnya. Masih tetap menujukkan titik sasaran pada leher pria gemuk itu dengan pedangnya.
Semua rombongan disana terdiam terus memperhatikan, dengan segala penuh putus asa dan kebimbangan. Atas semua hal. Yang mana seakan tak bertenaga mengumpulkan energi untuk ikut campur dalam perdebatan itu.
"Ya, ya, ya, ya. Pada akhirnya selalu sama, pengancam akan terancam, 'kan?"
Master Gun tersenyum miring, seraya mengeluarkan sebuah granat di tangan kanannya yang ia ambil dari tas slempang hitam di pinggang.
"Kau tak mau jika pada akhirnya aku juga akan meledakkanmu bukan elf rendahan."
"Master Gun! Simpan kembali granatmu." Ratt bangkit, barangkali berniat menengahi.
"Cih, siapa peduli."
"Kau telah melanggar undang-undang Kapal Bajak Laut dengan mengancam dan melukai bagian awak kapal, Master Gun, kau akan ditindak pidana sesuai UU yang berlak--"
Master Gun berteriak 'aaaarrrhhh' lantas semakin menekan injakkan kaki besarnya pada dada Akeldama. Menatap Natt selaku wakil kapten penuh nyalang tak perduli.
"Persetan dengan undang-undang, kau pikir kau masih menjadi pimpinanku setelah membuat kami nyaris mati ditelan makhluk itu?"
Ratt memijat pelipisnya. Wajahnya duakali lebih pucat dari sebelumnya. Ia mungkin frustasi akibat banyaknya kru yang hilang atau mungkin saja mati tertelan Kraken.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LEXINE : Forbidden Love [REVISI]
FantasiCinta terlarang seringkali berakhir menyedihkan diantara dua makhluk berbeda spesies. Kisahnya dimulai dari seorang gadis keturunan manusia dan elf yang diperintahkan oleh para petinggi kerajaan untuk membunuh seekor naga yang sejatinya ialah seora...