#6 Blood Shield

179 58 19
                                    

Note : Cerita ini hanyalah karangan penulis belaka. Tidak mengikutsertakan unsur agama dan tidak bermaksud menyinggung pihak manapun. Dimohon bijak dalam membaca.

~•~

Valerie bergidik ngeri begitu makhluk itu menatapnya nanar dengan mata yang menyala, "itu...!?"

~•~

Makhluk di hadapannya menggeram, memperlihatkan gigi-gigi tajamnya seolah melihat gadis bersurai putih itu adalah mangsanya yang lezat.

Valerie bersusah payah meneguk salivanya, bulir keringat mulai membasahi dahinya. Lidahnya terasa kelu untuk sekedar mengucapkan sepatah kata, berbeda dengan ketika dirinya bertemu naga waktu itu yang jauh lebih besar dari makhluk ini. Akan tetapi, rasa takut terbesarnya kembali menyeruak masuk ke dalam jiwa-jiwanya yang seakan meratakan benteng keberaniannya. Benteng dalam dirinya seakan runtuh dalam waktu sekejap menyisakan kegelapan bersama para monster-monster ganas yang bersemayam.

Dia memberanikan diri untuk mengambil pedang, membukanya dengan tangan bergetar seraya menatap makhluk yang kini masih menggeram ke arahnya terus-menerus.

"Cepat.." Gumamnya lirih.

Geraman yang keluar dari kelenjar suaranya lumayan kencang, tidak mungkin jika Adaire tidak mendengarnya. Valerie hanya berharap wanita itu tidak datang kemari. Dengan segala usaha, akhirnya gembok kembali dibuka.

Dengan serampangan, Valerie menyabet pedang bersama kainnya, menjatuhkan permata naga di dekat kaki kecil gadis itu. Dia menarik benda pipih tajam yang berada di saku pedang, suara gesekan antara saku besi dengan pedang itu berdentang di antara geraman-geraman menakutkan.

"Ayo Vale, kalahkan monster jelek itu!" Serunya lirih menyemangati dirinya sendiri, meski suaranya terdengar sedikit bergetar.

Atensi si makhluk kian beralih pada permata, netranya menangkap benda berkilauan di dekat si manusia, menatapnya dengan begitu intens. Dia mengerti sekarang, permata adalah incaran utamanya. Dan yang dikatakan si naga tadi bukanlah kebohongan, melainkan ia benar-benar bisa merasakan adanya bahaya yang mengintai.

Makhluk di seberang tampak sedang mengambil ancang-ancang, Valerie dengan sigap menyambar permata naga dalam genggamannya. Sedangkan makhkuk itu meraung lebih keras, berlari mendekat pada si gadis albino seraya mengacungkan kedua tangannya seperti hendak meraih sesuatu.

Jarak antara mereka semakin terkikis habis, akan tetapi tidak membuat gadis itu kehabisan akal, dengan secuil keberanian yang tersisa, dia menyabetkan pedangnya secara vertikal.

Tepat saat Valerie menebas kepala bertanduk menyeramkan itu, pintu terbuka, membuatnya berjingkat, takut-takut ada sesuatu yang lain akan muncul dari balik lempeng kayu yang berfungsi sebagai sekat.

Beruntung, makhluk yang kini kehilangan bagian penting tubuhnya berubah menjadi kobaran api yang melahap seluruh tubuhnya bersama kepalanya. Adaire muncul dari balik pintu, melihat api yang berkobar hilang di lantai kayu dan tidak menyisakan secuil abu-pun.

Melihat makhluk itu lenyap, Valerie merosot bersamaan dengan pedangnya yang jatuh. Membuat bunyi bising yang cukup lantang, dia terduduk di lantai dengan keringat yang menderai dahinya, wajahnya pucat pasi, bibirnya membiru. Kedua tangannya masih bergetar hebat. Permata itu ia alihkan ke sisi kanan tubuhnya, bermaksud menyembunyikannya dari Adaire.

THE LEXINE : Forbidden Love [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang