#3 Terbang bebas

220 70 19
                                    

Adaire membelenggu tali kuda di dekat tiang penyangga rumahnya, ia terlihat terburu-buru, berharap tidak terjadi sesuatu pada gadis itu.

Dengan langkah panjang, Adaire membuka rumah, berjalan kesana-kemari menelisik setiap ruangan di rumah itu berharap menemukan keponakannya, menilik kamar gadis itu, begitu pun kamarnya, dapur serta semua ruangan yang Ada, tak terkecuali sudut ruangan ia telisik.

"Vale kau didalam?" Panggil Adaire kencang, wanita itu nampak dipenuhi oleh gurat kekhawatiran. 

Tak menemukannya dimanapun, ia kembali ke halaman depan, tempat gadis itu kerap menjemur pakaian-pakaiannya.

Tak terkecuali di halaman rumah, kebunnya tempat menanam beberapa sayur-mayur, tempat yang biasa digunakan latihan bersenjata maupun membela diri, tempat Valerie terkadang menghabiskan waktunya dengan hewan-hewan hutan, akan tetapi, tidak ada tanda-tanda kehadiran anak itu.

Hingga akhirnya Adaire kembali melewati pintu belakang rumahnya, melewati sumur tempat Valerie terkadang mengambil air.

Menelisiknya dengan seksama, didapatinya ember yang meleleh serta pakaian gosong yang entah sejak kapan menjadi seperti itu. Melihatnya membuat Adaire sedikit terguncang, membuat wanita itu menerka-nerka apa kiranya yang telah terjadi pada Valerie.

"Oh, tidak." Adaire terpaku ditempat, tubuhnya seketika menjadi kaku. Masih dengan menatap isi ember cucian yang gosong.

~~~•~~~

Brughh~sraaaakkk...~~

"Akh, arrghh!"

Sreekkk~~

Dentuman keras seketika berubah menjadi suara gesekan tanah yang timbul nyaring ketika badan besar naga mendarat dengan terseret oleh dorongan kasar.

Valerie terguling dari atas punggung berduri milik sang naga, berakhir dengan terjatuh telentang di atas tanah, di samping badan besar sang naga, disertai pekikan, masih dengan mendekap permata ungu milik si naga.

'Maaf.'

Suara berat khas milik seorang lelaki bergema di fikirannya. Setelah kesadarannya penuh, gadis itu bangkit dengan wajah muram, pendaratan yang paling tidak menyenangkan yang ia alami. Valerie mengusap-usap pakaiannya yang kotor akibat debu yang mengepul mengenai pakaiannya. Meletakkan permata itu di samping sang naga.

"Pendaratan yang bagus!" Cibir Valerie terdengar seperti memuji.

'Lebih seperti jatuh.' Jawabnya menanggapi.

Pandangannya mengedar, sembari menerka-nerka dimana kiranya kini ia berada. Tempat ini terlihat asing untuk matanya yang baru pertama kali melihat dunia luar setelah tujuh belas tahun lamanya dirinya mendekam di Hutan Grivil.

'Lovasea.'

"Apa?"

'Kita berada di Lovasea.' Jelasnya seakan mengerti dengan gelagat Valerie.

"Bagaimana kau tahu itu?"

'Aku pernah bernaung di tempat ini.'

THE LEXINE : Forbidden Love [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang