"Dengan tubuhmu yang besar ini?! Aku tak mau berpikir keras untuk menyembunyikanmu, bagaimana jika ada orang yang melihatmu dan mengadukannya kepada para petinggi?!" Ujarnya setengah berteriak. Naga itu memang bodoh, bahkan lebih bodoh dari anak usia enam tahun.
~•~
Sang naga tampak tersenyum miring seraya menyipitkan matanya, 'jangan konyol, kau pikir aku mau mati di tangan mereka?'
"Jadi?"
'Izinkan aku menunjukkan sesuatu yang menakjubkan padamu, Nona.' Dengan badannya yang besar, sang naga menunduk hormat seraya meminta izinnya melakukan sesuatu. Nada bicaranya lebih seperti sedang menyombongkan suatu hal, membuat Valerie memiringkan kepalanya memperhatikan.
Valerie tidak tahu apa yang akan ditunjukkannya, namun tidak ada salahnya untuk mengizinkannya, 'kan.
Gadis itu menghela nafas pendek seraya memutar bola matanya, "apapun itu."
Sang naga menjauh dengan jarak yang lumayan. Dia terduduk lantas beralih dengan memosisikan tubuhnya menjadi tengkurap. Untuk sesaat, si naga terlihat melirik Valerie dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan. Valerie mengernyit, sang naga kembali membenamkan wajahnya pada tanah lembap yang sempat membuat pakaian gadis itu kotor.
Tak ada apapun yang terjadi, sudah beberapa saat namun tidak ada tanda-tanda sesuatu yang muncul dari tubuhnya, seperti telur. Maaf, jantan tidak bertelur, tidak juga melahirkan untuk seekor, naga.
Namun sesuatu mulai disadarinya, tubuh sang naga menyusut secara perlahan. Menjadi lebih kecil dari sebelumnya, mungkin sekarang ukurannya sudah sekitar lima belas meter, tidak, bahkan sepuluh meter, dan entahlah. Semakin lama semakin kecil dan mengecil. Hingga akhirnya berhenti diseukuran pria dewasa, namun masih berwujud naga dan bersayap.
Valerie merasa salivanya beku perlahan-lahan, bahkan terasa macet di tenggorokan. Sayap besar nan lebar milik sang naga perlahan menjadi lenyap, tanduk-tanduk yang tertancap rapat di kepala dan tubuhnya bahkan terlepas dan berjatuhan ke atas tanah dengan darah merah pekat yang berhasil mengucur keluar dengan deras.
"Aaarrrggghhh!!" Suara berat milik seorang lelaki menggelegar seolah-olah memang ada kehadiran orang lain di hutan ini. Suara itu berasal dari naga itu berada, dan kali ini suaranya terdengar masuk di ceruk telinganya, bukan telepati lagi seperti yang ia dengar di fikiran-fikirannya.
Naga itu, lebih tepatnya, makhluk itu. Berguling-guling disertai teriakan di atas tanah dengan kucuran darah tiada henti. Mungkin efeknya sangat sakit hingga tangan besarnya menggaruk-garuk tanah, membuat cacing-cacing berkeluaran dan menggeliat. Tidak sedikit pula yang terkena cakaran tangan, atau kaki itu, entahlah, tapi percayalah, sulit untuk membedakan antara kaki seekor naga dengan tangan manusia milik, makhluk itu.
Cairan lengket merah pekat itu membasahi seluruh badannya, bersimbah darah seolah-olah dia memang sedang bermandikan darah. Tanah-tanah serta dedaunan pohon pinus yang terjatuh seketika menempel pada cairan lengket itu, membuatnya tertutup dan semakin terlihat seperti, monster.
Valerie terbangun dari duduknya, berdiri seraya memperhatikan makhluk di depannya begitu intens. Matanya terbelalak, gadis itu menarik benda pipih panjang yang tergantung di sabuknya, mengacungkannya pada makhluk di depan seraya melangkahkan kakinya ke depan secara perlahan-lahan.
"Aaaarrrrggghhhh, sshh aarrgghh!" Teriakan pilu terus terdengar membuat Valerie menelan ludahnya bulat-bulat.
Makhluk itu masih terus berguling hingga membuatnya berpindah tempat, Valerie mengikutinya dengan rasa takut, takut akan makhluk yang kini sedang berubah menjadi sesuatu. Khawatir jikalau naga yang telah dipihaknya ialah monster, ketakutan terbesarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LEXINE : Forbidden Love [REVISI]
FantasíaCinta terlarang seringkali berakhir menyedihkan diantara dua makhluk berbeda spesies. Kisahnya dimulai dari seorang gadis keturunan manusia dan elf yang diperintahkan oleh para petinggi kerajaan untuk membunuh seekor naga yang sejatinya ialah seora...