BRAK! BRAK! BRAK!
Dari dalam, terdengar suara gaduh. Alceena masih lemas. Ia baru saja dapat membuka matanya setelah energinya terkuras banyak.
Masih dalam ruangan yang sama. Tidak ada cahaya, hanya gelap yang ada. Ia bahkan tidak tahu ini siang ataupun malam.
Ia ingin bersuara, namun kain yang terjejal di mulutnya menghalanginya. Alhasil, ia mencoba bergerak ke arah pintu kayu reyot dengan gagang bundar besi dengan menggerakkan kursinya. Namun sayang, ia malah terjatuh dan tidak bisa bergerak lagi.
Ia hanya dapat mengerang keras, meski sepertinya tidak ada yang mendengarnya.
BRAAKKKKK!!
Pintu terbuka paksa. Hingga terlepas dari engselnya. Itu Sugar dan Akeldama. Mereka datang dengan membawa tombak yang barangkali didapat dari melawan para prajurit.
Tapi bagaimana mereka dapat keluar dari sel?
"Hei, elf!" Keduanya mendekat sembari berlari gelisah. "Aku akan melepaskanmu." Sugar melepaskan kain yang terjejal di mulutnya.
Alceena dengan nafas terengah-engah menggeram marah. Ia menatap nanar pada tubuhnya sendiri. Setelah ikatan kakinya terlepas berkat Akeldama, dan ikatan tangannya berkat Sugar, ia bangkit dan menendang kursi secara kasar.
"Sudah lama aku ingin melakukan itu." Alceena bersungut-sungut, lehernya berkeringat.
"Cepat, kita harus keluar dari sini!" Akeldama telah berada di ambang pintu, ia becelinguk kesana-kemari penuh kewaspadaan tinggi.
Sugar menggandeng tangannya, menyeretnya agar ia ikut berlari tanpa persetujuan dari gadis itu.
Tanpa menuntut penjelasan, gadis itu sudah tahu mengapa mereka dapat keluar. Berkat kemampuannya.
Ternyata mereka memang telah dibebaskan setelah dua puluh empat jam. Tadinya para prajurit hendak membawa mereka ke tempat pengujian. Namun Ratt dan Natt melawan keempat prajurit dan alhasil diikuti oleh seluruh anak buahnya, melawannya dan merampas kunci sel. Pada akhirnya semua rombongan mereka berhasil keluar dari penjara. Daisy mengusulkan agar Sugar dan Akeldama membebaskan Alceena sementara mereka akan menunggu di luar dan bersembunyi. Pada saat menuju ke ruangan yang mengurung Alceena, mereka malah berpapasan dengan para iblis yang ternyata telah berada di sana.
Mereka bertiga berlari tanpa arah. Aneh, seharusnya penjara ini dipenuhi oleh manusia kriminal. Namun tidak ada satupun dari mereka yang tinggal.
"Kalian membebaskan semua tahanan?" Alceena berceletuk seraya mengedarkan pandangannya.
"Tidak. Mereka ada saat kita keluar." Balas Akeldama tak kalah heran.
Sugar memberhentikan langkah keduanya. Tombaknya mengacung ke arah depan dengan tatapan tajam dan gerak-gerik kewaspadaan yang tinggi. Keduanya mengikuti arah pandang pria itu.
Di depan sana. Tepat di ujung ruangan dimana terletak sebuah pintu keluar dengan kerangkeng besi. Terdapat lima iblis berbadan besar yang tengah memakan manusia.
~•~
Hamparan rumput merah muda lagi-lagi membuatnya tertegun. Tempat ini lagi. Tempat gadis asing itu berada. Tempat alter ego-nya tinggal. Ini adalah alam bawah sadarnya sendiri.
Pandangannya mengedar, yang aneh ialah, ia sama sekali tidak menemukan keberadaan alter ego-nya dimanapun.
Sedangkan dari belakang Valerie, alter ego-nya, Valerie lain dengan kuping lancip tengah memandangnya tajam dengan membawa sebuah belati. Ia mendorong Valerie hingga terantuk pada pohon besar yang ditumbuhi banyak kapas berwarna merah muda, seperti gulali kapas.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LEXINE : Forbidden Love [REVISI]
FantasíaCinta terlarang seringkali berakhir menyedihkan diantara dua makhluk berbeda spesies. Kisahnya dimulai dari seorang gadis keturunan manusia dan elf yang diperintahkan oleh para petinggi kerajaan untuk membunuh seekor naga yang sejatinya ialah seora...