#14 Bantuan?

137 41 14
                                    

Sebuah pintu ganda megah terletak di ujung ruangan berpenjagaan ketat, berdirinya enam Sena Eunoia sebagai bentuk pertahanan keamanan dari ruangan itu.

Mereka tidak bergeming secuilpun, layaknya sena terlatih, mereka justru terlihat bak patung hiasan yang sengaja diletakkan untuk menakut-nakuti seekor nyamuk, bahkan mungkin nyamuk saja tidak tertarik mendekat walau hanya sekadar menghisap darah dingin milik prajurit berwajah datar. Dilihat dari tampilannya saja sudah tidak menggugah selera para makhluk penghisap darah itu, rasanya akan hambar dan tentu tidak lezat di lidah, maksudnya, sungut milik si nyamuk.

Meski telah larut, mereka para sena akan selalu berjaga di depan pintu selama dua puluh empat jam lamanya secara bergantian. Para sena tidak pernah meninggalkan pintu ganda megah meski hanya sedetik pun, mereka seperti sedang melindungi sesuatu yang memang sangat penting.

Secercah cahaya temaram biru tua transparan muncul tepat dibalik pilar raksasa--di ruangan yang sama, berada tepat di hadapan para Sena Eunoia. Awalnya hanya bersinar sebesar biji pohon ek, namun cahaya temaram itu semakin melebar seiring berjalannya waktu.

Keenam sena dengan sigap menarik pedang yang senantiasa menggantung di sabuk pinggangnya, siap mengarahkan bilah tajamnya kapan saja pada siapapun orang asing yang hadir dari dalam portal.

Lama waktu telah berlalu, menyebabkan salah satu sena melangkah dari tempat penjagaannya.

Bilah pedangnya menyentuh bagian temaram portal, berlanjut kepalanya, melongok kedalam lorong-lorong gelap penuh taburan cahaya kecil angkasa.

Hasilnya nihil, portal itu kosong, tak ada orang berteleportasi. Namun kehadirannya tetap mengundang banyak kecurigaan. Tarikan paksa membuatnya mengeluarkan kepala berlapis besi, berlanjut kembali mengayunkan bilah pedang secara perlahan.

Hingga akhirnya sesuatu terjadi. Kepalanya tertebas menyebabkan tebasan lehernya mengucur darah deras bak pancuran air di taman-taman istana pada umumnya. Perut ratanya patah, atau lebih tepatnya juga terpotong oleh sesuatu yang, misterius. Onggokan daging milik si sena terjatuh di atas ubin, meninggalkan jejak darah tercecer dimana-mana, mengalir bebas dari tubuh itu.

Kelima sena lainnya lebih menyiagakan dirinya, kematian satu dari mereka tidak berpengaruh menciutkan nyali yang memang telah dibangun kokoh.

Tersisa lima sena yang masih setia berdiri di depan pintu. Tak ada satupun dari mereka yang meninggalkannya barang selangkahpun. Tahu bahwa seseorang itu mengincar sesuatu di dalam sana. Masih tetap dengan tangan menggenggam pedang.

Keteguhan sena kelompok Beruang Kutub yang bergilir berjaga mematahkan kesabarannya. Berhasil memancing seseorang dibalik serangan, menampakkan dirinya di depan para sena secara terang-terangan tanpa kenal takut.

Sebuah jubah hitam bergelantungan di tubuh seseorang, sebut saja sosok misterius. Kepulan asap hitam pekat mengelilingi keberadaan sosok itu, wujudnya tampak seperti seekor kelelawar raksasa yang sedang tertidur di siang hari.

"Apa tujuanmu? Mengapa kau datang menyerang kami?" Sayap kiri berceletuk sarkas--seorang sena pemimpin kelompok Beruang Kutub, wajahnya beringas serta terdapat sebuah goresan luka di matanya. Merasa memang sosok itu tidak perlu diberi kelembutan dalam berbicara.

"Menyerang? Aku hanya datang berkunjung untuk menunjukkan kehebatan sihirku." Sosok misterius mendesis, seolah bahwa jubah hitam itulah yang sedang berbicara.

"Sihir hanyalah imajinasi dari karanganmu."

"Kalau begitu, akan kubuktikan bahwa sihir bukanlah karangan semata!"

Tangan si sosok misterius menjulur cepat, terlihat dari gerakannya, tangan itu bergerak seolah sesuatu tengah diremasnya secara kuat.

Gerakan itu entah bagaimana berpengaruh pada si sayap kiri, perutnya tiba-tiba mengucur darah berlubang bak ada suatu benda yang menusuknya secara kasar.

THE LEXINE : Forbidden Love [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang