#16 Orang asing

87 29 14
                                    

Cahaya putih benderang kembali muncul seterang harapan di tengah jalanan kecil yang diapit oleh pepohonan lebat.

Ketiganya berhasil meloloskan diri, lebih tepatnya melarikan diri dari pertikaian mereka dengan para penyihir hitam yang menyeramkan.

Setelah cahayanya hilang, Giannaelley terhuyung lemas bersamaan dengan tubuh Valerie yang terjatuh seraya memegangi lehernya yang terasa pedas dan sesak. Gadis itu masih terbatuk-batuk, seakan sulit menghirup udara untuk sekedar mengajaknya masuk ke dalam paru-paru.

Zephyr menjatuhkan pedang itu serampangan, rasa panasnya kembali menyebar ke seluruh lengan tangannya. Begitu menyengat hingga telapak tangan kanannya menjadi memerah sempurna, namun untungnya, tidak ada lelehan yang disebabkan oleh pedang itu.

Giannaelley sendiri memegangi perutnya, bagian itu terasa amat sakit setelah mendapatkan hujaman keras dari mantra Moria yang ditujukan padanya. Efeknya lebih cepat menjalar ke seluruh tubuh daripada obat penyembuh.

Perempuan penyihir itu mengerang kesakitan, darah segar keluar dari mulutnya, mengalir melewati bibirnya yang ranum. Muntahannya sukses membuatnya semakin terasa mual. Kini ketiganya sama-sama mendapatkan kesialan.

"Wanita itu, dia tidak melukaimu, 'kan?" Zephyr kembali menubruk tubuh Valerie yang kini tampak duduk bersimpuh di atas jalanan. Menghiraukan si penyihir yang terlihat terluka lebih parah dari si albino.

"Aku hanya sesak.." Balas Valerie ditengah nafasnya yang tak beraturan. "Aku tidak apa-apa." Sambungnya seraya mulai mengedarkan netranya.

"Syukurlah."

Valerie bangkit berdiri, melepaskan pegangan tangan si pemuda seraya memandang netranya tajam.

"Giannaelley, kau berdarah!" Valerie memekik tatkala dirinya melihat cucuran darah menetes dari mulut dan hidung si penyihir. Sungguh, keadaannya terlihat tidak baik-baik saja. Wajahnya bahkan memucat, menghilangkan rona segar di pipinya.

"Hei, jauhi dia!" Zephyr menyergah sembari kembali mencekal lengan tangan Valerie.

Si albino dengan cepat menyentak kasar tangan kekar itu, menatap netra ungunya semakin tajam. "Ada apa denganmu?!"

"Dia bisa saja membunuh kita dan mengambil permata naga."

"Jika dia memang ingin membunuh kita, maka dia telah melakukannya tanpa harus repot melawan penyihir hitam!" Hardiknya bersungut-sungut.

Zephyr hanya melengos mendengar itu. Berdiri diam ditempatnya sembari masih menenteng sebuah ransel yang menggantung di bahu kokohnya. Setelah semua yang terjadi, memang benar penyihir itu tidak terlihat ingin membunuh keduanya apalagi menjebloskan mereka ke dalam kurungan para petinggi. Namun si pemuda masih ragu antara keberpihakkannya, dia tetap terlihat mencurigakan.

Dengan membawa mereka ke sarang penyihir hitam seperti tadi, itu sama saja dengan mengajukan diri untuk dimakan hidup-hidup.

"Aku mendapatkannya," Giannaelley berucap ditengah lumuran darah yang keluar dari mulut itu, alhasil, suaranya terdengar tidak terlalu jelas. Perempuan itu menyodorkan sebuah kristal orange setengah kecokelatan dengan senyuman yang dipaksakan.

"Lupakan kristalnya, sekarang pikirkan bagaimana cara kita menemukan tabib di sekitar sini." Valerie beranjak mengambil pedang lily-nya lalu beralih memosisikan dirinya memapah Giannaelley. Perempuan itu sangat terlihat tidak baik-baik saja.

THE LEXINE : Forbidden Love [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang