#12 Incaran

128 48 8
                                    

Note : Cerita ini hanyalah karangan penulis belaka. Tidak mengikutsertakan unsur agama dan tidak bermaksud menyinggung pihak manapun. Dimohon bijak dalam membaca.

~~~•~~~

Kobaran api menyala-nyala di atas tanah gersang. Tak ada tumbuhan hijau di tempat ini. Pepohonan hanya berhiaskan api yang berkobar sebagai pelengkap daun.

Dunia alam bawah, dunia dengan api abadi yang terletak nun jauh di sana. Api di Dunia alam bawah telah tergolong menjadi api abadi yang tak pernah padam hingga kapanpun. Air yang semestinya mengalir di bawah jembatan tidak lagi ada, melainkan lava panas yang sesekali menggelembung lalu memecah menjadi meletup-letup.

Tak ada langit biru maupun awan putih yang biasa hadir di dunia pada umumnya, tidak ada waktu petang maupun malam, pun waktu tidur dan istirahat. Hanya ada kepungan warna hitam dan merah serta hawa panas yang menjadi pemandangan sehari-hari dari para, iblis.

Di dalam kastel hitam, tepatnya di aula kekuasaan Gertrude, lautan makhluk jelek meronta-ronta ingin dibebaskan dari belenggu rantai penyegel, seraya melihat, menatap cermin api yang menampilkan gambaran aktivitas dua makhluk berbeda spesies yang kini sedang merencanakan sesuatu yang besar untuk kaum mereka.

Tangan-tangan kurus serta besar terayun-ayun ke atas, memuja-muja penguasa alam bawah dengan raungan keras.

Setiap kali cermin api menampilkan seorang gadis dengan penyakit fisik albino, mereka semua, makhluk jelek yang berdiri dengan belenggu rantai mengaum keras, menggonggong bak anjing liar.

Cermin itu menjadi retak kala si gadis albino menatap lurus pada sang lelaki, seakan menatap pada para iblis dengan netra birunya yang menusuk hingga membuat cermin itu menjadi remuk seutuhnya. Semua makhluk jelek di aula besar dengan hiasan obor di dinding-dindingnya, menjadi bungkam dengan mulut ternganga. Pun dengan Gertrude, penguasa dunia alam bawah yang juga terkejut dengan kejadian menarik di hadapannya.

Wanita itu membiarkan rambut hitamnya dibiarkan tergerai serta tiara besar yang menghiasi kepalanya dengan taburan batu rubi merah delima, matanya yang memerah menyala menatap pecahan cermin api seraya menyeringai.

Gertrude berdiri sembari memandangi iblis-iblis yang merupakan sekutunya. Kembali memuja-muja wanita itu dengan tangan yang masih terayun-ayun ke atas setelah kebungkaman mereka. Dengan puas, Gertrude tersenyum senang sekaligus tertawa kencang hingga memperlihatkan gigi-giginya yang bertaring. Wanita itu menarik nafas dalam-dalam, menghembuskannya dengan wajah bahagia seolah-olah baru mendapatkan sesuatu yang sangat didambakannya.

Wanita iblis itu merentangkan kedua tangannya dengan *danda panjang di genggaman tangan berkuku tajamnya. Satu hal yang terbesit dikepala ketika melihat danda panjangnya ialah ular, ular dengan lidah menjulur serta mata merah menyala. Gertrude menghentakkan danda ular itu, membuat lantai disekitar ujung bilah retak sempurna. Api yang menyala di obor yang terpasang di dinding-dinding aula berkobar lebih besar di waktu yang bersamaan.

*Danda : Tongkat kekuasaan.

"Siapakah Lexine yang berhasil menghancurkan cermin saktiku itu?!!" Dengan suara lantang, Gertrude berhasil membuat raungan keras itu berhenti, tergantikan oleh kesenyapan. Wanita iblis itu kembali tergelak lebar, layaknya perempuan gila yang memang tidak memiliki akal sehat.

"Betapa mulianya gadis itu yang telah membebaskan penyegel kita!" Wanita gila itu berteriak diiringi tatapan matanya yang nanar. "Sekaligus membunuh saudara kalian." Sambungnya mendesis.

THE LEXINE : Forbidden Love [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang