Pemukiman para naga, lembah Giaake sedang menjadi pusat perhatian teruntuk segala jenis ras. Setelah diangkatnya kembali sistem 'satu-padu' yang telah lama ditinggalkan oleh pemerintah Eunoia dan Apsen akibat kerenggangan hubungan, kini kedua negeri tersebut telah resmi kembali mengangkatnya dan memutus tali perseteruan. Eunoia kembali mengizinkan bangsa Aspen memasuki wilayahnya, begitupun sebaliknya. Tapi dengan banyak keterbatasan.
Saat ini, di bibir jurang lembah Giaake, lembah luas yang membentang dari tengah hutan ke ujung sungai Ruver di dekat pegunungan Groodriggs, telah banyak berdiri ratusan manusia dan peri dengan antusiasme luar biasa dalam diri mereka.
Pertandingan Pacu Naga antar ras keluarga yang telah menjadi tradisi dan mengakar di lingkungan hidup mereka menjadikan pertandingan ini sebagai salah satu event menarik bagi bangsa luar. Terlebih lagi setelah diangkatnya kembali sistem 'satu-padu' yang membuat mereka dapat melihat secara langsung pacuan arena naga yang diadakan selama satu tahun Manata sekali yaitu di bulan Bima Sakti. Yang artinya setiap sepuluh bulan sekali acara ini diadakan. Pertandingan ini hanya diikuti oleh naga berumur sepuluh bulan, remaja.
Di jurang lembah yang begitu luas, diantara dinding batu hanya berpintukan rumbai tanaman rambat, Valerie tengah melahap buah yang baru-baru ini menjadi makanan favoritnya. Buah anitsirk, berbentuk lonjong berwarna biru kelasi transparan. Bersama sosok Madeline.
"Maddie, apa ini telurmu?" Tanya Valerie sembari memperhatikan sebuah bola kaca berbentuk seperti telur teronggok di bawah meja makan.
Valerie tanpa sengaja menginjaknya dan lantas meraih benda itu karena rasa penasaran yang kebetulan tidak dapat lagi dibendung. Bentuknya setengah lonjong setengah bulat, persis seperti telur. Tapi dengan ukuran sebesar boneka beruang pada umumnya. Jika membayangkan telurnya polos, kalian salah. Telur itu memiliki corak, seperti sulur tanaman rambat dilengkapi dengan satu daun yang menempel. Dan jika dipegang atau diraba, mereka menonjol dengan tekstur yang sangat keras.
Merasa terpanggil, wanita itu menoleh. "Dimana kau dapatkan itu?"
"Di bawah meja. Apa ini punyamu?"
Madeline sedikit mengulas senyum manis, wanita yang telah melahirkan sosok Zephyr tersebut mencuci tangannya pada pancuran air yang keluar dari dinding batu gua. Singkat cerita, rumah suku naga berada di dalam dinding lembah berbatu seperti sekarang. Air yang mereka dapatkan untuk kebutuhan mencuci dan lain sebagainya didapat dari pancuran seperti tadi. Terkecuali untuk mandi, mereka memang selalu membersihkan diri di danau Ruver yang berada di ujung lembah.
Dia mendekat seraya meletakkan sekeranjang bintang pohon di atas meja. "Itu telur naga daun, aku memberikannya pada Lhine dulu saat dia pertama kali berubah menjadi manusia."
Madeline selalu memanggil Zephyr dengan nama Lhine. Valerie terangguk kecil, dia terus memperhatikan telur besar di tangannya.
"Lhine selalu mengabaikan telur itu," sambungnya lagi.
"Bukankah dengan meletakkannya di atap dia akan memiliki teman, mungkin?"
Madeline terdiam sejenak, lantas tertawa. Bintang pohon yang Madeline potong menjadi beberapa bagian sesekali dia masukan ke dalam mulut. "Dia menceritakannya padamu, ya."
Valerie tersenyum lebar. Memorinya mengalun pada saat mereka sedang menginap di rumah Madam Daisy si penyihir berbulan-bulan lalu.
"Di sini 'kan tidak ada atap, lalu dimana kalian meletakkannya?" Valerie seperti menjadi detektif dadakan saat hal itu muncul di dalam benaknya.
Orang-orang suku naga tinggal di dalam dinding lembah, dan mereka tidak memiliki atap melainkan hanya bebatuan curam yang berlapis dengan lumut dan pepohonan lebat. Sama sekali tidak ada istilah atap yang dapat dikutip pada tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LEXINE : Forbidden Love [REVISI]
FantasyCinta terlarang seringkali berakhir menyedihkan diantara dua makhluk berbeda spesies. Kisahnya dimulai dari seorang gadis keturunan manusia dan elf yang diperintahkan oleh para petinggi kerajaan untuk membunuh seekor naga yang sejatinya ialah seora...