#9 Nafas Api

154 57 15
                                    

Valerie terus berjalan mondar-mandir kesana-kemari seraya menggigiti bibir bawahnya. Dia bingung sekaligus heran, naga bodoh itu bisa tahu kini dirinya berada di istana.

Bukan takut, melainkan khawatir. Dia bingung kemana dirinya harus berpihak.

Jika dia memihak pada sang naga, maka konsekuensi terbesar yang harus dihadapinya ialah berurusan langsung dengan para petinggi atau hukuman terberat, hukuman mati entah itu untuknya maupun keluarganya, Bibi Adaire, satu-satunya keluarga yang ia miliki. Terlepas dari itu semua, malapetaka besar akan terjadi yang berujung kematian dan perbudakan seluruh makhluk hidup di negeri ini jika dia memihak pada para petinggi.

Iblis telah keluar dari alam bawah, mereka mengincar permata naga yang jelas akan sangat berbahaya jika iblis-iblis itu mendapatkan benda ungu di tangannya. Para iblis bisa saja memperbudak dan mengambil alih kendali atas pemerintahan Dandelion Ville. Mereka makhluk licik dan cerdik. Kendati demikian, Valerie juga ditugaskan untuk membunuh sang naga yang mempercayakan permata naga pada dirinya.

Entah darimana ia mendapatkan pemikiran seperti itu. Sebenarnya Valerie tidak mau berperasangka seperti ini, akan tetapi instingnya selalu berkata demikian.

Gadis itu mengacak rambutnya kasar. Dia harus bertindak cepat. Gadis itu lantas memandangi permata naga yang tergeletak di atas ranjang dengan bimbang seraya berkacak pinggang.

"Apa yang harus kulakukan?!" Geramnya frustrasi.

Tidak ada waktu untuk berfikir. Dia harus segera mengambil tindakan cepat. Bibinya mungkin akan khawatir karena ia pergi tanpa berpamitan, saat ini wanita itu tengah tertidur di kamar atas dan Valerie tidak mau mengganggunya.

Valerie menyabet pedang lily-nya, menggantungnya di sabuk pinggang agar memudahkannya mengambil pedang itu. Dia mengambil tas ransel yang semula digunakannya untuk membawa beberapa barang yang dia butuhkan. Seperti tali tambang dan belati, entah kenapa dia merasa memang harus membawanya. Gadis itu lantas menyambar permata itu dan memasukkannya ke dalam ransel, menggendongnya serta membawanya keluar.

Ketika membuka pintu, ia mendapati seorang pemuda bermanik hazel dan berambut hitam. Valerie tertegun untuk sesaat, ini adalah pertama kalinya dia berhadapan langsung dengan seorang pemuda tampan seperti saat ini.

Pemuda itu terlihat tegang, "huwh, tadinya aku akan mengetuk pintu."

Mereka berpandangan untuk sesaat, rasa canggung menelusup dalam dirinya. Lamunan mereka dibuyarkan begitu saja oleh raungan kencang yang tertangkap di ceruk telinga mereka.

"Tidak ada waktu," ucap Valerie dengan nafas yang memburu, tegang mungkin tengah dirasakannya.

~~~•~~~

"Naga itu kebal sekali! Kita tidak akan berhasil menumbangkannya." Celetuk Jenderal Peter yang kini masih menggenggam gandi dan anak panahnya.

"Dimana albino itu bersembunyi?! Pengecut sekali!" Tukas Jenderal Ferrous menggebu.

Giannaelley meliriknya sinis, "Pangeran Lambert sedang menjemputnya, dia akan segera kemari."

"Pangeran Leonard, bekukan naga itu dengan sihirmu!" Seru Kesatria Hexxerr berbaju besi bersimbol serigala. Rambut pria itu memanjang berwarna hitam legam. Wajahnya terlihat galak dan tegas.

THE LEXINE : Forbidden Love [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang