Haii...Man teman...
SELAMAT MEMBACA
~Terimakasih~Di siang hari entah suara berisik dari mana seperti nya asal suara itu dari kamar Adia dan Riana dikamar itu terdapat bingkai foto yang dilempar sehingga pecah. Prakk... Suara keras benda itu.
_____
Ketika hari libur sekolah Andra memang selalu bangun tidur siang-siang. Saat dirinya masih tertidur lelap dikamarnya ia dibuat terkejut karena suara keras yang terdengar tidak jauh dari kamarnya sontak membuat Andra terbangun.
"Ada apa sih siang-siang begini? Ngaget-ngagetin aja... Masih ngantuk tau... Haahhmm." Ucap Andra sambil mengucek matanya yang terasa berat, ia pun berusaha mengumpulkan nyawanya dan sehingga beberapa kali menguap.
Setelah seluruh nyawanya sudah terkumpul Andra beranjak dari kasur berniat untuk keluar kamar dan mencari asal suara keras itu berada.
_____
"GILA KAMU YA? Nanti Anra kebangun." Ucap Adia dengan nada tingginya.
"Justru KAMU YANG GILA MAS!! Ternyata bener dugaan aku selama ini kamu sering pulang larut malam bahkan sampai sering gak pulang ke rumah itu karena KAMU SELINGKUH KAN MAS!!" Ujar Riana tak kalah tinggi nada bicaranya.
PLAKK... 1 tamparan mendarat ke pipi Riana membuatnya meringis kesakitan.
SHH..."APA-APAAN SIH KAMU! Belum cukup kamu curigain aku bahkan sampai menuduhku karena melakukan perselingkuhan, HAH! BELUM PUAS KAMU? Aku kerja cari uang buat kamu dan anak-anak RIANA!" Ucap Adia dengan emosinya yang kian memuncak.
"Kurang apa cinta dan perhatian aku ke kamu, aku cape Ariana dicurigain kamu terus. Pulang kerja kamu ngomel-ngomel gini, AKU CAPEE!!" Lanjut Adia meluapkan semua emosinya, hingga membuat seluruh urat-urat dilehernya menonjol.
Riana hanya berdiri diam terkaku dan tertunduk sambil menangis serta memegangi pipinya yang panas dan perih karena tamparan tadi.
Risti yang mendengar kegaduhan dikamar orang tuanya itu segera menghampiri mereka. Sesampainya Risti dikamar kedua orang tuanya, Risti mendapati mereka yang sedang cek cok, ia pun langsung menutup pintu dan mengunci nya dari dalam supaya Andra dan para asistennya tidak mengetahui.
"Paa... Maa... Udah Risti gak mau liat kalian begini." Ucap Risti kepada Riana dan Adia.
Risti yang melihat sang Mama sedang menangis langsung mendekatinya lalu memeluknya untuk memberikan kekuatan.
"Udah Ma... Jangan nangis." Ujar Risti menatap sedih sang Mama sambil mengusap lembut punggungnya dan menghapus air mata yang jatuh di pipi cantik sang Mama.
Tiba-tiba Andra tengah berdiri didepan kamar orang tuanya sambil mengetuk pintu. "Tok tok tok... Ma... Pa... Ada apa?" Tanya Andra bingung, ia merasa seperti terjadi sesuatu dikamar orang tuanya, ia pun terus menerus mengetuk pintu.
Risti yang mengetahui Adiknya berada didepan pintu dengan cepat melepaskan pelukannya dan segera berjalan keluar kamar untuk menghampiri sang Adik. Setelah berada di dekat pintu kamar, Risti langsung membuka pintunya.
"Eh, Anra udah bangun? Ngapain kesini?" Tanya Risti berusaha menutupi apa yang sedang terjadi.
"Loh, seharusnya Anra yang nanya Mbak, Mbak ngapain disini? Dikamar Mama sama Papa?" Tanya balik Andra dengan wajah penasaran.
"Eee... Ka-Karena Mbak lagi ngomong sesuatu yang penting sama Mama Papa."Jawab Risti gelagapan.
"Tapi kenapa pintunya ditutup segala? Terus tadi suara keras apa kaya benda pecah?" Tanya Andra karena hal itulah yang membawanya kemari ia merasa seperti ada kejanggalan disini.
"I-Itu... Ayo sini ikut Mbak! Mbak mau ngomong sesuatu." Ucap Risti mengalihkan pembicaraan dan membawa Andra ketempat yang jauh dari kamar orang tuanya dengan menarik paksa lengan Andra.
"Ihh... Apaan sih Mbak asal narik tangan orang aja, putus gimana? Lepasin Mbak!" Ucap Andra tertekan ia hanya pasrah sang Kaka akan membawanya kemana.
"Ra beliin Mbak pembalut dong, stok pembalut Mbak habis... Mbak lagi bulanan nih!" Ucap Risti membuat Andra terbelalak seketika.
"Hah be-beliin pembalut, yang bener aja Anra kan cowok gak mau malu, kenapa gak minta beliin Bi Jiah aja?" Ujar Andra menolak mentah-mentah, entah kenapa sang Kaka tiba-tiba memintanya membelikan pembalut padahal yang ia tahu Kakanya tidak pernah kehabisan stok, Andra tak habis pikir dengan sang Kaka.
"Ihh bisa gak sih gak usah bantah Kakanya." Celetuk Risti kesal.
"Pokoknya Anra gak mau, minta Bi Jiah aja suruh beliin Bi Jiah kan ART disini dia kan cewek." Ucap Andra.
"Bi Jiah kan sibuk... Udah cepetan beliin entar gak Mbak beliin komik yang kamu mau itu." Ujar Risti membujuk Andra berharap dia tidak menolak nya.
"Beneran nih bakal beliin komik? Tapi dimana belinya? Kan mahal banget harganya bahkan itu komik langka." Ucap Andra merasa ragu.
"Ya udah kalo gak mau gak apa-apa." Ucap Risti berharap untuk terakhir kalinya semoga Andra tak menolak lagi.
"Eh eh jangan gitu dong, ya udah Anra beliin tapi inget janjinya, AWAS!" Ucap Andra mengancam dengan memberikan tatapan sinis kepada sang Kaka.
"Iya iya cepet sana banyak omong." Ucap Risti membuang muka, dalam diam ia tersenyum tipis senang akhirnya sang Adik tak menolak lagi, padahal dirinya sedang berbohong sebenarnya semua ini hanya untuk mengalihkan topik pembicaraan saja.
"Iyaa..." Balas Andra dengan ekspresi wajah terpaksa.
Andra dengan cepat pergi keluar rumah, mengambil motornya, kemudian menaiki motor itu, lalu langsung tancap gas.
"Sudi banget beliin tu bocah komik begituan ngabisin duit aja, tapi gampang juga bujuk dia." Ucap Risti sambil tertawa kecil. "Tapi kasian juga kalo gak diturutin, turutin aja lah." lanjutnya.
Sebenarnya Risti tidak tega harus membohongi Adiknya yang polos dengan cara seperti ini, namun Risti juga tak mau kalau Adiknya melihat kedua orang tua mereka bertengkar ia tahu pasti Andra akan merasa sedih.
****
Sampai sini dulu ya... Next di part selanjutnya...😉
Kasian Andra polos banget, kaciann😔
JANGAN LUPA YA VOTE AND COMMENT YANG BANYAK biar aku cemangat... Ingett YANG IKHLAS okehh...👌
MATUR SEMBAH NUWUN NGGEHH🙏🏻Baybayy... Tatahh
OMAYLUVTT❤
{Berbohong bukan berarti menghianati, tidak ada niat untuk menyakiti, hanya ingin menjaga hati yang memang harus dilindungi}
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANDRA (Thanks ARGIO)
Novela JuvenilRevandra Jovano Abraham seorang anak laki-laki yang masih duduk dibangku SMA. Menjadi korban broken home kedua orangtuanya membuat dirinya terus menerus terpuruk. Kebebasan yang ia pilih mengakibatkan pergaulan bebas. Kejadian yang tidak pernah Andr...