[ S2 ] 𝐋ᴜsᴛ, 𝐎ʙsᴇssɪᴏɴ, 𝐕ɪᴄᴛɪᴍ, 𝐄ɢᴏ, 𝐑ᴇᴠᴇɴɢᴇ

𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟐𝟓/𝟐

🌬️𝑘𝑎𝑚𝑢 𝑡𝑎𝑢 𝑎𝑝𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑢𝑎𝑡 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎?
𝑘𝑒𝑡𝑖𝑘𝑎 𝑑𝑖𝑟𝑖𝑚𝑢 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑔𝑖 𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑚𝑢
𝑚𝑒𝑠𝑘𝑖 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡𝑘𝑎𝑛, 𝑡𝑎𝑝𝑖 ℎ𝑎𝑡𝑖𝑘𝑢 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑎𝑟𝑖
𝑖𝑎 𝑡𝑎𝑘 𝑚𝑎𝑢 𝑙𝑎𝑔𝑖 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑜𝑡𝑎𝑘𝑘𝑢

* * *

𝐋ᴜsᴛ, 𝐎ʙsᴇssɪᴏɴ, 𝐕ɪᴄᴛɪᴍ, 𝐄ɢᴏ, 𝐑ᴇᴠᴇɴɢᴇ

[ S2 ]
♡♡♡

Jaehyun merogoh saku celananya dan meletakkan benda kecil diatas meja dihadapan Shun. "Selidiki!" perintahnya.

Shun mengambil benda itu dengan menggunakan sapu tangan miliknya. Memeriksanya dengan baik.

Kamera?

"Kau pasti tau siapa pengirim mawar merah itu." Jaehyun tidak bertanya, memperhatikan ekspresi Shun.

Tidak berubah. Tetap datar seperti biasa. Memang agak sulit dengan bawahan Yuta yang satu ini, karena hanya loyal pada Jaemin. Tapi itu tak masalah baginya, selama pekerjaannya memuaskan.

Shun mengantongi benda itu ke dalam jas berekor yang dipakainya. Sedikit banyak Jaehyun agak aneh dengan penampilan Shun sedari dulu, dia seperti Sebastian di film Black Butler. Dengan kemampuannya yang memang mencengangkan dan juga misterius jarang berekspresi. Jaehyun hanya menganggapnya biasa. Tak peduli dengan penampilan seperti apapun, selama tidak mengganggu pekerjaan. Dia anggap itu keunikan.

Kembali pada posisinya didepan, Jaehyun yang duduk sembari menghisap cerutu. Tadi setelah menidurkan Jaemin dini hari, Jaehyun memanggil Shun ke ruang kerja.

"Sudah setahun pengirim anonim mengirimkan bunga mawar dengan ucapan cinta yang sama setiap seminggu sekali atau dua minggu sekali." Shun memberikan beberapa lembar kartu ucapan dari balik jasnya.

"Ich liebe dich auch immer, my Love."

Jaehyun meremas kertas itu hingga tak berbentuk. Siapa bajingan yang berani-beraninya meniru menjadi dirinya.

"Tapi mawar itu berdatangan lebih sering dalam sepuluh hari ini. Dia mengirim bunga itu setiap hari." lanjut Shun.

Mendengus kesal pada personal asisten Jaemin yang menunduk didepannya. "Dan kau membiarkan hal itu terjadi?!" gebraknya pada meja kayu pembatas keduannya.

Shun mendongak "Jaemin-sama mengira itu dari anda. Jadi saya tidak berani menyelidiki lebih lanjut." selesai mengatakan itu dia menunduk lagi.

"Kamera yang kau simpan itu ada didalam gelas berisi mawar yang ditaruh dalam kamar. Selanjutnya lebih ketatkan barang yang masuk."

"Keluar." titahnya terakhir.

Dahi Shun mengerut tapi dia segera membungkuk menerima perintah. "Baik, Jung-sama."

Merilekskan punggung kesandaran sofa dan meneguk daiquiri dalam gelas ditangan kiri, Jaehyun menghela. Semua teka-teki masih terasa abu-abu bagi pria Jung. Hanya satu orang yang menjadi pemikirannya sebagai pelaku. Namun segera ditepisnya kuat-kuat.