Di seberang gedung pencakar langit, pria dengan tatto pada lehernya itu mulai menampakkan diri. Raut dingin tanpa senyum menghiasi pada wajahnya yang tampan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Johnny yang berdiri disamping kirinya menyeringai dalam. “Bukankah malam ini sangat cerah untuk menyambut kematian?”
Mingyu tertawa lebar. “Berani sekali dia mencium Jaemin.” Sepertinya kepribadian Johnny dan Mingyu tertukar. Pria yang biasa menggoda Jaehyun itu kini hanya menanggapi biasa adegan yang terlihat jelas pada teropong Binocular.
Mingyu mengisi senapan Barret M82 dengan peluru berkaliber 50 bmg. Cukup untuk menembus ruangan yang menampilkan musuh bebuyutan Jung Jaehyun.
“Jangan membunuhnya langsung.” Jaehyun menurunkan perintahnya. Mingyu maupun Johnny paham, Jaehyun lebih suka menghabisi Jeno dengan tangannya sendiri. Dendam mereka harus berakhir kali ini.
Johnny memandang sedih Low explosive yang ia persiapkan sepertinya tidak akan digunakan. Kun yang paham, sedikit tersenyum. Teman-temannya memang agak lain. Menepuk bahu pria berbadan besar itu untuk menghibur, “tenang saja, kau bisa menghancurkan rumah para Lee lainnya.” Ah, rupanya dia juga orang dengan kepribadian -lain-. Mendengar itu, seketika senyum Johnny terbit. Kun malah menjadi merinding. Apa temannya ini psikopat?