50

139 7 1
                                    

Haii semua kembali lagi nihh

Seperti biasa jangan lupa vote, comment dan follow akun author gak bayar kok hehehe

.
.
.
.
.
Happy reading guyssss

    " kenapa kalian bisa disini ? Kok gak ngabarin gue tau gitu gue bisa pulang lebih awal " ia terkejut melihat mereka yang tiba tiba ada di rumahnya apalagi mereka melihat keadaan nya yang penuh lecet .

     "Sekarang gue tanya Lo kenapa ?, Lo dibegal ?, Atau apa ? Keadaan Lo sekarang tuh parah banget tau gak " cerocos Aileen tanpa berhenti sambil menuntun Amara ke sofa, Liza tak tinggal diam ia memanggil Mia untuk membawakan kotak obat.

      Akramul sebagai abdi negara tentu tak tinggal diam ia langsung mengambil alih kotak obat di tangan Liza, luka seperti ini memang sering ia dapatkan ketika ia di tempatkan di daerah yang sedang kacau namun ia heran kenapa bisa gadis ini bisa mendapatkan luka dan memar yang begitu mengerikan bagi seorang perempuan. Apalagi luka gesekan peluru itu membuatnya heran disini senjata seperti pistol atau senjata Laras panjang pastinya masih ilegal hanya aparat yang memilikinya atau seseorang yang tersembunyi kedudukannya.

     Aileen melihat sendiri bagaimana Abang nya merebut kotak obat di tangan Liza kemudian ia memandang Liza seakan ia dan Liza mempunyai kontak batin mereka saling menatap dan tersenyum Fariz yang melihat adik dan temannya saling menatap kemudian tersenyum hanya menyerngitkan keningnya heran.

     Amara bisa melihat temannya tersenyum saat ia akan protes ia lebih dulu berteriak saat lukanya di obati perihnya serasa ia ingin menghancurkan semua barang di sekitarnya. Sangat perih bahkan air mata sudah keluar tanpa ia mau bahkan tangan Fariz yang tak sengaja ia tarik saja sudah mengeluarkan darah terkena kukunya .

     Bisa dibayangkan betapa sakitnya itu terus berlanjut saat luka di tangannya yang terkena lemparan pisau kecil yang sedikit mengoyak kulitnya, mungkin jika saja tadi Revan tak memindahkan tubuhnya bisa jadi pisau itu akan menancap lebih dalam di lengan kirinya.

    Setelah semua lukanya terbalut Amara bersandar di sofa ia sudah sangat lelah. Lelah bertanding juga lelah menangis saat di obati, ia pikir jika mengobati menggunakan kekuatan mana ny itu lebih cepat dan ia tak akan merasakan perih yang menyiksa itu.

      " Kenapa gak bilang kesini ?, Maaf buat kalian nunggu " Amara menatap mereka .

     "Harusnya kita yang tanya Lo kenapa ? Gimana tadi kalo kita gak disini ? Luka Lo gak diobatin gimana kalo infeksi ." Liza tak sadar ia terlalu banyak bertanya karna terlalu khawatir.

   Amara hanya tersenyum ia tau temanny begitu karna khawatir " gua gak papa kok ,"

     "Gak papa apaan noh air mata jadi saksi " sinis Aileen dibalas kekehan pelan Amara.

    " Udah aman ini paling sakit bentar udah yok makan malam gua juga lapar banget "

    Fariz tanpa aba aba mengangkat Amara dan menuju meja makan yang memang terlihat dari ruang tamu bahkan tak sempat Amara protes ia terlalu terkejut bahkan Liza dan Aileen saja hanya mampu tercengang.

     Melihat Amara dan Fariz sudah duduk di meja makan merekapun menyusul Amara .

     "Ekhemm"

     " Ekhemm"

     Deheman jahil Liza dan Aileen membuat mereka bertiga menatap kearah Liza dan Aileen. Saat lapar memang otak Amara kadang berkurang.

    "Kalian Napa dah kalo batuk manum obat sana "

    "Hadeuh ni anak biasanya dia yang mulai " Liza menatap sinis Amara.

  "Hah mulai apaan"

    "Mulai ______"

...............................

Sampai sini dulu guyss

Penasaran gak kelanjutan ny ?

Jangan lupa tungguin ya 😉

Seperti biasa jangan lupa vote dan komen

   

TRANSMIGRASI TO NOVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang