3. bloom

96 19 0
                                    

Steven habis membeli beberapa peralatan untuk tugasnya, tidak banyak. Hanya yang merepotkan adalah gulungan kertas tebal dan panjang. Ia mampir ke perpustakaan kota untuk mencari buku yang menunjang tugasnya.

Ia melihat sebuah novel yang beberapa waktu lalu Renata bilang ingin memilikinya, ia memotret itu dan mengirimkan pesan pada Renata.

Renata :
Gak usah stip
Gue udah malak punya Albara hehe

Steven membaca pesan itu dari notifikasi yang muncul. Albara lagi, seharusnya sampai saat ini Steven sadar kalau ia tidak ada apa-apanya dibandingkan Albara.

"Albara terus, gue kapan punya tempat buat lo sebut Ren?"gumam Steven.

Ingin sekali meremat sesuatu hingga hancur saat ini juga, tapi ia memendam itu semua. Ia segera meminjam buku yang ia pilih dan pergi dari perpustakaan itu.

Putra sulung Dikta itu melajukan motornya, ia berbelok ketika menemukan presensi gang yang biasa dijadikan jalan tikus oleh mereka jika pergi ke perpustakaan.

Steven melamun, hal yang ia sesali karena sedetik kemudian motornya limbung dan ia menabrak sebuah tong sampah hingga terjatuh. Tidak terluka, hanya kakinya sekarang tertimpa motornya sendiri.

Ia merogoh ponselnya, menelpon setiap nomor yang ia anggap bisa membantu. Nihil, tidak ada menjawab. Steven membuka room chat nya dengan gadis Ardana. Terlihat gadis itu sedang online, karena berspekulasi jika gadis itu sedang bertukar pesan atau barangkali teleponan dengan pacarnya, Steven hanya mengetikkan pesan pada gadis itu. Siapa sangka gadis itu akan menelepon dirinya.

Steven berbaring, tangganya tidak bisa menjangkau dan memindahkan motor yang menimpanya. Jadi ia hanya pasrah menunggu bala bantuan tiba.

"Heh! malah tidur lo."

Steven membuka matanya yang dipejamkan, hanya sekedar terpejam, ia tidak sungguhan tertidur. Laki-laki itu menatap Adelia dan Kendran yang berdiri berkacak pinggang disebelahnya. Segera si bungsu Ardana memindahkan motor Steven agar tidak terus menimpa kaki itu dengan naas.

"Yang lain gak bisa ditelepon, gak tau kenapa."ucap Adelia yang mengotak-atik ponselnya.

"Kok bisa jatuh bang?"tanya Kendran sembari menuntun Steven untuk duduk di tepian gang.

Steven meringis pelan "Kurang fokus."

Kendran dan Adelia menggeleng-gelengkan kepala mereka kompak, Kendran mendorong motor Steven keluar gang, tepat di sebelah motornya sendiri. Sedangkan Adelia memapah Steven dengan susah payah, karena ukuran tubuh mereka yang jomplang.

"Lecet bang, motor lo."ungkap Kendran.

Tapi setelah itu sayap motornya yang retak menjadi patah dan terjatuh. Kendran meringis melihatnya, ia menghubungi bengkel langganan mereka agar menjemput motor Steven.

"Dah, pulang yok."

"Terus gue gimana?"bingung Adelia.

"Lo udah punya pacar, telpon si Jenda, bilang 'sayang jemput aku dong' gitu"

Perkataan Steven mampu membuat Kendran tergelak, lucu saja saat mendengar Steven meniru suara perempuan genit itu.

"Sialan lo!"Adelia memukul bahu Steven pelan, sangat pelan. Adelia tidak bermaksud untuk serius memukul laki-laki itu, tapi respon yang ia dapatkan membuatnya terkejut.

"AWHH-"

"Sakit li, ampunn dehh."

Adelia mendengkus kesal "Siapa suruh ngeselin."

"Kak, bang. Jangan berantem, gak pulang-pulang nih kita."tegur yang paling muda.

"Kak Li, pulang sama kak Jenda aja ya. For once, oke?"

Bloom Bloom || SooliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang