20.bLOom

94 16 3
                                    

"Jangan nangis dong li, gue gak bisa liat lo gini."

Adelia menangis sejadi-jadinya setelah mendengar kalimat yang Jenda lontarkan. Menjijikkan.

Sebenarnya ini bukan penculikan seperti di film-film, yang dirinya dibawa ke tempat menyeramkan dan diikat kuat. Tapi, Jenda membawanya ke apartemen laki-laki itu dan ini 10 kali lipat lebih menyeramkan daripada diikat di gudang gelap.

"Jenda plis jangan." ucap Adelia sesenggukan.

"Gue gak akan ngapa-ngapain lo kok, selama lo mau putus dari Steven."

Adelia menggeleng mendengarnya, ia tidak mau melepas Steven tapi ia juga tidak mau mempertaruhkan harga dirinya.

"Kalau lo gak mau, gue terpaksa—"

"Minggir! lo jangan deket-deket!"Adelia menepis tangan Jenda yang hendak menyentuhnya.

"Stevennn.."Adelia berusaha sekuat tenaga menyebut nama teman temannya di sela-sela tangisnya.

"Mereka gak akan kesini, mereka gak tau kita dimana."

Adelia menatap Jenda penuh ketakutan, ia mengeratkan cakarannya pada cover sofa yang ia duduki. Ia tau mereka pasti akan datang, dimana pun Adelia berada, mereka pasti menjemputnya. Steven melihatnya, pasti ia tahu, Steven pasti akan datang.

"Ngomong ngomong soal Steven, dia gak akan bertahan sama lo."

Jenda kembali mendekati Adelia, meraup dagu gadis itu dengan satu tangannya "Dia pasti bakal ninggalin lo, jadi dengan baik hati gue kasi tau sama lo buat lebih dulu ninggalin dia."

Mata Jenda fokus pada bibir kecil si gadis yang bergetar ketakutan. Ia mendekatkan wajahnya hingga berjarak beberapa senti saja dari wajah Adelia.

"Tinggalin dia, dan balik sama gue. Atau gue paksa lo balik."

"Steven gak akan ninggalin gue."lirih Adelia.

Jenda tertawa, ia melepaskan genggamannya pada dagu Adelia dan mengelus rambut gadis itu.

"Lo ngelantur, pasti laper kan? udah hampir 3 jam sejak lo disini. Tenang, gue udah pesenin lo makan kok."ujar Jenda.

"Orang gila."desis Adelia.

"Gue pernah waras, tapi hilang sejak putus sama lo."

Bel apartemen berbunyi mengalihkan fokus Jenda. Laki-laki tinggi itu menatap Adelia dan tersenyum seolah mereka adalah pasangan yang berbahagia.

"Gue ambilin makanannya dulu."ujar Jenda.

Bugh!

Adelia membelalakkan matanya ketika tubuh Jenda terpental kebelakang setelah membuka pintu.

"Delia!"

Adelia spontan berdiri mendengar suara familiar yang ia tunggu-tunggu. Ia tau, bagaimanapun caranya mereka pasti bisa menemukannya.

"Steve!"

Adelia memeluk Steven yang menghampirinya dengan wajah khawatir yang sangat kentara. Tangisnya kembali pecah ketika tangan besar itu melingkar tepat pada tubuhnya. Adelia menemukan pelindungnya.

"Maaf, maaf gue telat."

Adelia menggeleng ia semakin mengeratkan pelukannya pada Steven.

Jenda? ada Daniel, Albara, Kendran yang mengurusnya. Tentunya Kendran yang paling banyak mengeluarkan tenaga, dia terlampau marah pada mantan kakaknya ini.

Renata dan Lea hanya menonton dari ambang pintu yang mereka jaga supaya tidak ada yang mengintip mereka.

"Kak Adelia!"

Bloom Bloom || SooliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang