9.BLoom

97 17 4
                                    

Steven mengusap wajahnya kasar, pusing melanda kepalanya mengingat semalam sang ibu terus mencercanya dengan beribu pertanyaan tanpa memberinya kesempatan menjawab. Itu hanya kesalahpahaman, kenapa Mami Lisa membuatnya begitu rumit.

Pukul 06.15, dengan santai Steven memasuki kamar mandinya. Memulai ritual pagi sebelum ke sekolah. Tapi bukannya mandi, Steven ketiduran disana sebelum menyalakan shower.

"BANG EJAAA! GUE JALAN SAMA KAMAL! LO LAMA BANGET AELAH!"

Steven terkesiap dan terbangun dari tidurnya, barulah ia segera menyalakan kran air dan mandi. Sekitar pukul 7.15 Steven menyelesaikan mandinya dan memakai seragamnya, ia mengambil kunci motor dan pergi ke sekolah tanpa sarapan. beberapa menit sebelum bel masuk berbunyi Steven berlari ke arah kelasnya dan mendobrak pintu kelas yang tertutup dengan tangannya.

"STEVEN! BISA GAK SIH LO SEHARI AJA GAK NGAGETIN?!"teriak Dara yang memang selalu darah tinggi jika berhadapan dengan Steven.

Steven meringis melihat Dara yang sudah memancarkan aura permusuhan padanya. Tanpa membalas teriakan gadis itu, Steven berjalan santai ke bangkunya lalu meregangkan otot-otot punggung dan lehernya. Albara terkekeh melihat kegiatan yang dilakukan sahabat karibnya ini karena beberapa detik kemudian bel masuk berdering keras.

"Excellent!"bangga Steven pada dirinya sendiri.

"Telat kok bangga."Celetuk Ale yang duduk tak jauh dari Steven.

"Ssshhh, sirik lo. Gue itu on time."sahut Steven.

Ale mencibir mendengar sanggahan Steven yang sebenarnya cukup masuk akal. Steven sendiri sedang menyiapkan alat tulisnya karena sebentar lagi gur pasti akan memasuki ruang kelas.

"Pstt, Steve. Lo pacaran sama Adelia?"tanya Albara berbisik.

Steven mendelik "Ngapa lo mikir begitu dah?"tanyanya.

Albara mengangkat bahunya tak acuh, ia sudah tahu kejadian kemarin. Ya, diantara yang lain Albara lah yang paling peka terhadap sesuatu. Steven merasa ada sesuatu yang membuatnya tidak aman hari ini.

......

Sementara itu, para orang tua sedang berkumpul di rumah keluarga Dikta. Tuan dan Nyonya dari keluarga Park, Alaska dan Ardana berada disana untuk mendiskusikan sesuatu. Mereka semua larut dalam pembicaraan yang serius.

"Kalau Albara sama Renata itu udah fiks, gak bisa diganggu gugat."ujar Nyonya Alaska, Jennie.

"Iya bener, dari dulu kita semua sepakat jodohin mereka."sambung Nyonya Park, Rosé.

"Kendran sama Clara udah pacaran, itu gak bisa diapa-apain lagi."ujar Jivani, Nyonya Ardana.

"Jadi, tersisa Daniel, Sean, Adelia, Angga, Steven, Lea."ucap Tuan Ardana, Sevan.

"Daniel jangan deh, lagi ngejar-ngejar anaknya Sagara dia."ucap Vendra, Tuan Alaska diangguki istrinya.

"Berarti Lea jangan juga, dia lagi deket sama tetangga belakang."ujar Gibrantaka Dikta.

"Boleh gak, Angga ngga ikut dijodohin?"tanya Tuan Park, Januar.

"Terus gimana ini?"tanya Jivani.

"Khmm, gini semuanya, sebenarnya Steven sama Adelia itu pacaran."ucap Lisa.

"HAH?!" kaget mereka kompak.

"Serius lis?"tanya Sevan diangguki Lisa.

"Bagus dong! mereka pacaran, jadi lebih gampang jodohinnya."ujar Jennie.

"Tapi Adelia gak pernah bilang pacaran sama Steven setelah putus sama mantannya waktu ini."ucap Jivani bingung.

"Oke fiks, ini bagus juga."ucap Rosé.

Bloom Bloom || SooliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang