15. bloOM

65 16 1
                                    

"Huh!"

Adelia menghempaskan tubuhnya ke kasur di hotel yang ia tempati. Ini hari terakhir ia disini, besok sore setelah jalan-jalan mereka akan kembali pulang.

"WAAAA CONGRATSSS BESTIEE!"

"KEREN BANGET SIH LO!"

Selva sedari tadi berisik sekali, sudah kesekian kalinya ia memberikan selamat pada Adelia. Ya, Adelia berhasil mendapatkan piala seperti yang Steven katakan. Adelia memang bersusah payah mendapatkan juara pertama di olimpiade ini, dan Steven sebagai penyemangatnya ternyata tidak buruk.

"Thanks Sel, lo ga cape apa teriak mulu dari tadi?"

"Gak!"

Adelia terkekeh "Mood lo keknya lagi bagus, ada apa?"

"Hehe, gue abis kenalan sama cowok dari sekolah disini."ujar Selva dengan cengiran yang menunjukkan kalau dirinya sedang berbunga-bunga.

Adelia mengerjabkan matanya beberapa kali, Selva ini ada-ada saja. "Nanti kalau kena ghosting jangan nanges."

Ya kisah cintanya Selva gak jauh-jauh dari situ soalnya.

Ponsel Adelia berdering, tanda sebuah panggilan masuk. Yang menghubunginya malam ini tak lain dan tak bukan adalah Steven, selama Adelia disini mereka rajin sekali melakukan komunikasi, entah itu Steven atau Adelia yang memulainya.

"Halo periku, cintaku, cantikku, duniaku, gula batu kesayangankuuuuu."

"Sumpah Steve, lo ketempelan apa sih kok bisa manis banget mulut lo?"

Selva yang tadinya duduk di sebelah Adelia, menoel lengan gadis Ardana dan mengkode bahwa ia akan menemui Eca di kamar sebelah. Adelia mengangguk saja.

"Gak ketempelan apa-apa. Mulut gue setelannya kan emang begini beb."

Mulutnya Steven bahaya banget buat kesehatan dan keamanan jantung seorang Adelia Janine Ardana.

"Halah lo."

Steven tertawa diseberang sana.

"Gimana? pasti dapet dong."

Adelia tersenyum puas, ia mengangguk walaupun Steven tak dapat melihatnya "Iya, gue dapet."

"KAN! Apa gue bilang, mantra gue ampuh li."

"Kayaknya lo udah cocok buka praktek."ucap Adelia meladeni candaan Steven.

"Gak dulu deh, gue lagi banyak job nih. Btw gak ada lo disini, Jenda jadi gak jelas hahahaha."

"Biarin, jangan bahas tu orang."

"Hehe, iya deh nyonya."

Adelia mengubah posisinya menjadi telungkup, menunggu Steven kembali berbicara.

"Besok pulang jam berapa? biar gue yang jemput."

"Kira-kira jam 2 jalan dari sini."

"Nanti kalau udah deket sekolah telepon gue."

Adelia tersenyum tipis "Iyaa."

"Dah, tidur sana. Sekarang lo tidur yang nyenyak, lo udah berhasil."

"Selamat malam gula batunya Steven."

"Selamat malam, Steven."balas Adelia.

Setelahnya sambungan telepon itu terputus, Adelia kembali terlentang dan meletakkan ponselnya di dadanya sendiri.

"Gak, gue gak boleh baper. Steven anjeng."

.......

Steven mengambil sekaleng kopi kemasan dari dapur, hari ini ia hendak bergadang untuk mengerjakan beberapa hal.

Bloom Bloom || SooliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang