"Mau gak?"tanya Renata sembari menyodorkan sebotol kopi kemasan.
"Gue gak pernah nolak kalau gratis."ujar Adelia menerima botol itu dengan senang hati.
Renata mencibir dan duduk di sebelah gadis Ardana, menatap langit senja yang sebentar lagi akan berganti malam. Saat ini mereka ada di jembatan besar yang tak jauh dari perumahan. Adelia yang tadinya hanya ingin menyegarkan kepalanya bertemu dengan Renata yang katanya menghindari Albara. Adelia tidak heran, keduanya memang seperti kucing dan anjing.
"Tumben banget lo jalan kesini?"tanya Renata.
"Nyari angin, kepala gue sumpek."ujar Adelia.
Renata hanya manggut-manggut saja, ia mengerti bagaimana Adelia yang selalu saja belajar.
"Gak sama Steven?"
Adelia menolehkan kepalanya "Maksud lo?"
"Gak sama Steven jalannya? biasanya kan berduaan mulu mentang-mentang dikasih restu."
Adelia menggeleng sambil tertawa kecil, palsu sebenarnya. Mau tidak mau Adelia tertawa untuk menghilangkan canggungnya.
"Pala gue lagi sumpek, bisa-bisa meledak kalau sama dia."Gurau Adelia.
Renata tertawa renyah, berhubung ia sedang berdua dengan Adelia. Renata ingin sekali menanyakan hubungan gadis itu dengan Steven.
"Lo sama Steven, beneran pacaran?"tanya Renata.
"Hmm, as you see."sahut Adelia seadanya.
Renata menggeleng dan tertawa kecil. "Semoga jodoh lo beneran Steven yak, biar gak jauh-jauh amat."ujarnya dengan nada bercanda.
"Lo juga harus yang deket dong."balas Adelia.
Renata mengangguk "Udah."
Adelia mendelik ke arah gadis itu tidak percaya "Lo pacaran sama Albara?!"
Renata menggeleng "Belum, tapi kan Albara jodoh gue."ujarnya diakhiri dengan tawa lepas.
"Pede banget parah."
Jadi, benar-benar tidak ada kesempatan bagi Steven untuk memecah mereka.
o0o
"Mereka dijodohin."
Suara itu bagaikan kaset rusak yang terputar di kepala Steven, suara Clara yang ceria mengutarakan kembarannya akan bertunangan dengan gadis sebelah, siapa lagi kalau bukan Renata. Steven tahu ini akan terjadi, tapi ia tidak menyangka akan sesakit ini, Steven pecundang, seharusnya ia menyatakan perasaannya sebelum ini terjadi, ia menyesal.
"Sialan!"geram Steven.
Hampir saja laki-laki itu melayangkan kepalan tangannya ke arah kaca, tapi ia tidak mau membuat kegaduhan. Saking kesalnya Steven bingung melampiaskannya kemana.
Laki-laki Dikta itu segera menggelengkan kepalanya kuat kuat, mengusir segala bisikan setan yang bisa saja membuatnya emosi.
"Gak guna steve, ini kan yang lo mau. Ini yang lo dapet karena lo cuma pecundang."geram Steven.
"Argghhhh!!"
"Bang!"
"Lo kenapa?"tanya Lea ketika mengetuk pintu kamar Steven yang terkunci.
Steven memejamkan matanya dan mengumpat, sedetik kemudian ia menjawab pertanyaannya adiknya.
"Kepleset anjir!"balasnya berteriak.
"Yang bener lo?"tanya Lea dari balik pintu.
"Bener lah cok, ngapain boong."
"Yaudah si. Oh iya! gue mau main sama kak Adelia jangan cariin gue yak!"ujar Lea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloom Bloom || Soolia
FanfictionTentang Steven dan Adelia bersama masa lalu mereka. "Menjalin hubungan sama orang yang masih berurusan sama masa lalunya susah Li." - Steven. "Gue paham, apalagi masa lalu yang lo maksud begitu dekat sama kita." - Adelia. Steven dan Adelia yang berj...