Hari ini tanpa mereka berdua duga, Steven dan Adelia mendapatkan mandat untuk menjaga putri kecil keluarga Suhardjo, si Geanina. Pasutri Suhardjo melakukan pemeriksaan kehamilan sedangkan putri mereka mengamuk karena tidak mau ikut, akhirnya Wina menemukan Steven yang kebetulan menganggur di depan rumah dan meminta tolong kepada Steven untuk menjaga Geanina. Steven mau mau saja, tapi ia perlu partner, jadi laki-laki Dikta itu menelepon pacarnya untuk membantu. Kedua remaja itu kini menatap bocah tiga tahun yang terlihat asik memakan bola-bola coklat lalu berganti menatap satu sama lain.
"Lo kalau repot gak usah ngajak-ngajak gue dong."ucap Adelia sembari memukul lengan Steven.
Pemilik lengan itu meringis dan mengelus lengannya yang terasa nyeri, kekuatan gadis itu ternyata tidak bisa diremehkan.
"Ya gue mana bisa ngurus bocah sendirian li."keluh Steven.
"Gea mau minum gak?biar kakak ambilin." tanya Adelia.
Gadis kecil itu mengangguk dan menunjuk lehernya seolah-olah kehausan. Adelia menepuk lengan Steven dan berkata.
"Tuh liat, ambilin air sana."
"Kok gue li? kan yang nawarin elo."
Adelia memelototi Steven hingga laki-laki itu bergidik ngeri, jadi si laki-laki hanya menurut sembari menggerutu kesal. Beberapa saat kemudian, Steven datang dari dapur keluarga Suhardjo dengan segelas air putih.
"Nih."ujarnya sembari menyodorkan gelas itu.
Adelia menerima uluran gelasnya dan memberikan itu pada Geanina. Selanjutnya mereka mengajak si bocah ke luar rumah, lebih baik bermain ditemani udara dan sinar dunia yang cerah. Anak kecil seharusnya aktif dan tidak boleh diajarkan menjadi anak rumahan menurut Adelia. Gadis kecil itu segera berlari menuju ayunan dan duduk disana.
"Ge, kak Steven ganteng gak?"celetuk Steven, mencoba membuka topik pembicaraan dengan si kecil.
Gadis itu mengerutkan keningnya dengan bibir menekuk kebawah, mengundang Adelia untuk mengompori si gadis kecil.
"Nggak kan ge? Steven itu jelek."
"Apasih lo, ngikut mulu. Gue kan nanya ke Gea."sewot Steven.
Terjadilah debat antara kedua remaja itu di halaman rumah Suhardjo, diperhatikan seorang bocah yang tertawa walaupun tak mengerti apa yang diperebutkan oleh kedua manusia yang jauh lebih dulu lahir darinya.
Di lain sisi, seorang laki-laki yang sedang berjalan dengan santai terkesiap mendengar teriakkan laki-laki dan perempuan, itu Haikal. Ia melihat perdebatan antara Adelia dan Steven, setahunya mereka itu menjalin hubungan jadi ia segera mengarahkan kamera ponselnya diam-diam untuk merekam perdebatan mereka, lima detik setelah kamera dinyalakan mereka berdua saling berpelukan, benar-benar tanpa aba-aba. Haikal segera menarik ponselnya dan mengirim video itu pada Jenda tanpa melihat hasilnya. Ia mengibaskan rambutnya sambil berlalu pergi.
"Kata Buna, kita ga boleh berantem. Kalau gini kan bagus."ujar si gadis kecil susah payah.
Steven dan Adelia menatap satu sama lain dengan aura permusuhan walaupun tangan mereka masih menyentuh punggung satu sama lain. Cuma karena si gadis kecil ini mereka harus berpelukan dan berdamai padahal sedang asik berdebat.
"Elo sih."tuduh Adelia pada Steven setelah menjauhkan tubuhnya.
"Gue? elo lah!"
Samar-samar terdengar suara isakan membuat kedua remaja itu praktis menoleh pada Geanina. Ya benar saja, gadis kecil itu menangis tersedu-sedu dan alasannya cukup mengejutkan.
"KAKAK BERANTEM LAGI GEA NDA SUKAA, BUNAAAAAAA"
"Kali ini beneran salah lo, Steven."
"Ck, nyerah aja deh gue."dengus Steven kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloom Bloom || Soolia
FanfictionTentang Steven dan Adelia bersama masa lalu mereka. "Menjalin hubungan sama orang yang masih berurusan sama masa lalunya susah Li." - Steven. "Gue paham, apalagi masa lalu yang lo maksud begitu dekat sama kita." - Adelia. Steven dan Adelia yang berj...