4. bloom

101 20 3
                                    

Adelia mengetuk kepalanya dengan pulpen yang ia pegang. Matematika bukanlah materi yang ia kuasai sebagus ia menguasai biologi, jadi otaknya tiga kali lebih lelah dari biasanya.

Senyum cerahnya terbit ketika bel istirahat berbunyi, Nata yang duduk disampingnya juga bergumam senang.

"Kantin skuy"ajak Nata.

Adelia mengangguk dan berseru "Gaskan!"

"Gabung dong!"ucap seorang gadis pada mereka berdua, namanya Karina.

"Ayok lah"balas Nata.

Ketiga gadis itu segera melangkahkan kaki mereka ke kantin, awalnya tenang dan menyenangkan sebelum akhirnya Jenda menyerang—umm maksudnya datang.

"Bukannya udah putus?"bisik Karina pada Nata dengan suara amat pelan.

"Hooh, kok tau? biasanya kudet."jawab Nata berbisik juga.

"Gue jadi sering buka akun lambe turah sekolah sih sekarang."

"Oalah, cepet juga tuh akun."

"Jenda, please jangan deket-deket aku lagi, kita udah selesai kan."

"Li, kita udah sepakat kalau aku bakal jagain kamu selama kamu belum ada pacar lagi."

"Tapi gak usah nyamperin aku juga Jen."

Setelah mengucapkan itu Adelia melenggang pergi sedangkan Jenda terdiam menatap punggung kecil mantannya yang menjauh. Jujur, Nata sedikit iba melihat Jenda.

"Sabar, kalau lo beneran sayang sama Adelia harusnya lo biarin dia bahagia, walaupun bahagianya bukan sama lo."ucap Nata.

"Enteng banget lo ngomong, lo gak tau rasanya jadi gue."sewot Jenda.

"Dih, emang gue gak mau jadi lo, sorry yach."ucap Nata lalu menarik Karina untuk ikut dengannya

Adelia menengok ke belakang, menanti Nata dan Karina menyusulnya. "Buruan euy, ntar keburu abis istirahatnya."ujar Adelia.

"Li, buru cari pacar kalau kata gue mah."ujar Karina.

"Dikata nyari pacar kek nyari apaan anjir, susah kali rin."

......

"Anjing Al, kampret lo!"

"Lari lah lo kocak!"

"Eh eh eh, tembak sat."

"Woi anjim!"

"GOBLOG BERISIK KELEN ANJIR"

Setelah teriakan itu menggelegar. Para laki-laki yang tadinya asik bermain game langsung kicep, kecuali Albara dan Steven.

"Kalau ga berisik gak asik dar."ucap Steven.

"Lama lama gue lakban juga mulut lo."ucap gadis bernama Dara yang baru saja meneriaki mereka.

Steven mematikan layar ponselnya ketika game sudah mereka selesaikan, ia merebahkan kepalanya di pangkuan Albara. Mereka duduk di lantai belakang kelas, bosan saja karena guru tidak hadir hari ini.

"Njir, kayak homo sia."ucap Ayen menampar bokong Steven.

"Iri lukh?"

"Kagak lah anjer, ngapain iri?"

Steven hanya menampakkan wajah tengilnya pada Ayen seolah mengejeknya.

"Cari pacar gih, kalo kata gue muka lo ngenes mirip gorengan gosong."ungkap Ale pada Steven.

"Agak anjir ya le."ucap Steven.

"Gue setuju sih, mending lo cari pacar."ucap Albara.

"Lo sendiri aja masih jomblo."ucap Steven.

Bloom Bloom || SooliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang