12. BLoom

92 15 3
                                    

Senyum ringan gadis Ardana terlihat jelas diwajahnya, ditemani beberapa camilan Adelia mengatur kamera ponselnya dan mengambil ponsel Steven yang tergeletak diatas meja "Kak, buat date vlog sama kak Steven dong."

Di seberang meja tempat Adelia diam, Steven mengerutkan keningnya dengan raut seolah merasa jijik "Hah apaan?"tanya Steven.

"Ini ada yang komen gitu."ujar Adelia.

Gadis itu kembali duduk tegak setelah Steven datang menghampirinya, mereka menatap kamera bersamaan.

"Ini beneran buatan lo?"tanya Adelia sembari mengaduk macaroni keju yang Steven berikan.

Steven memberikan tatapan julid pada gadis yang menyandang status pacarnya itu. "Buatan gue lah, lo dari tadi ga denger dapur berisik karna gue?"sungut Steven.

Adelia hanya menyegir tanpa dosa "Ya sapa tau gopud."ujarnya.

"Emang ga tau terimakasih."celetuk Steven.

Adelia mengambil satu suapan macaroni keju itu "Bjir, enak cok. Kok enak sih? kan lo gak bisa masak."

Steven tersenyum menang dan menepuk dadanya bangga. "Yoi dong, kan gue masak macaroni keju by gubace, gurih banyak ceban. Alias ini murah, enak, buanyak coy dapetnya! mana buatnya gampang, udah ada takarannya, kalau rasanya gak enak berarti elo yang kurang literasi. Di panduannya udah lengkap kok langkah-langkanya. Kemasannya juga lucu bet woylah, liat nih."

Adelia hampir tertawa ketika Steven mengambil sebungkus macaroni setengah jadi itu. Steven jago banget ngendorse begini, pantas yang punya produk berani memberi imbalan banyak. Jadi beginilah mereka sekarang, mencari cuan lewat media sosial sesuai saran Lea, ternyata cukup menguntungkan. Apalagi banyak yang menyukai gaya pacaran mereka, padahal mereka sebenarnya kan tidak memiliki perasaan seperti itu.

"Pencitraan yang sesungguhnya."batin Adelia.

o0o

"Kiww seleb, traktir aku dong kaka."siul Kamal.

"Seleb apaan dahh."ujar Steven sembari merebahkan tubuhnya di lantai ruang tengah rumahnya sendiri.

"Lo ngapain kesini?"tanya Steven.

"Biasa, peliharaan gue gatel kalau sehari aja gak gue ajak jalan."ujar Kamal.

"Hadeh, berapa duit habis sama adek gue?sebut nominal ntar gue ganti."Steven berkata seperti itu karena sudah tau kalau si gadis bungsu akan selalu merepotkan Kamal.

"Gak usah lah bang."

"Halah lagak lo, padahal mah seneng dapet duit."

Kamal meringis, seneng mah seneng tapi ya gak enak nyebut nominal yang dihabisin Lea. Takut Steven shock aja.

"Bang gue pergi sama kamal yak, bye!"Lea menarik Kamal pergi darisana sedangkan Steven masih terlentang di lantai.

"Kenapa gue sama Renata gak bisa kayak kalian juga?"gumamnya.

Steven menghela napas, kenapa harus ia yang cintanya bertepuk sebelah tangan. Punya dosa apa sih dirinya? sampai diantara mereka bersepuluh hanya Steven yang cintanya tak terbalaskan. Lagi-lagi Steven teringat dengan sandiwaranya dengan Adelia. Ia benar-benar tidak merasakan perasaan apapun dengan gadis itu, jika memang ia merasakannya harusnya ia gugup atau semacamnya dengan si gadis karena itu yang ia rasakan saat menyukai Renata. Steven tahu bagaimana dirinya sendiri.

"Argghh auk dah pusing!"kesal Steven pada dirinya sendiri.

Baginya Adelia seperti Lea, saudaranya sendiri. Karena itu mereka terbiasa bercanda, dan kalimat-kalimat romantis dari keduanya sama sekali tidak didasari perasaan. Bukannya menyenangkan seperti dulu, itu malah menyakiti mereka akhir akhir ini

Bloom Bloom || SooliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang