18. bLOom

91 13 3
                                    

"Merlyn,"

Gadis berkacamata itu berhenti melangkah ketika mendengar seseorang memanggil namanya. Matanya menatap Adelia yang berdiri sekitar dua meter dari tempatnya.

"Gue rasa kita perlu ngomong bentar."ujar Adelia.

"Dan gue rasa lo gak usah ngasihani gue, thanks."Merlyn segera pergi setelah mengatakan hal itu.

Adelia menatap kepergian Merlyn dalam diam, ia sungguh tidak enak hati dengan apa yang Merlyn alami.

"Buat apa lo ngomong sama dia?"

Bisa gak sih lo jauh jauh dari gue?”sinis Adelia.

Jenda tiba-tiba saja muncul dari belakang gadis itu, sangat mengesalkan.

"Gak bisa, sampai kapanpun gue gak bisa ngelepas lo."

Adelia membulatkan matanya "Tapi kita udah sepakat Jen—"

"Jauhin Steven."

"Lo gila? Steven pacar gue Jenda!"

"Tapi kalian gak saling suka, gue tau lo cuma cinta sama gue."

Adelia berdecih mendengar bualan Jenda yang terlalu percaya diri, Adelia semakin yakin bahwa ia membenci orang ini.

"Dan Steven cuma cinta sama Renata."

Darimana Jenda mengetahui hal itu, tapi Steven sudah tidak ada hubungannya lagi dengan Renata, lagipula Renata sudah ada Albara yang selalu bersamanya.

"Kenapa lo mikir begitu?"tanya Adelia.

"Well, gue gak sekedar mikir, ini fakta."

Adelia menatap Jenda dengan aura permusuhan, gadis itu tahu pasti hal itu adalah fakta tapi ia tidak bisa mempercayai Jenda. Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya dan beranjak pergi dari jalan neraka yang dibuat Jenda.

"Gue gak akan pernah berhenti sampai lo sama gue lagi."

Itu kata-kata terakhir yang Adelia dengar dari Jenda. Si gadis Ardana benar-benar muak dengan semua tingkah polah Jenda mantannya itu. Mengenal Jenda adalah penyesalan terbesar bagi Adelia dan menjauhi Steven adalah hal yang tidak akan pernah mau Adelia lakukan. Langkah kaki gadis itu terhenti ketika melihat teman perempuannya yang dipapah oleh Steven dan mereka melangkah keluar dari sekolah sembari melayangkan tawa pelan silih berganti, dan pemandangan itu berhasil membuat hati Adelia mencelos tanpa ia minta.

Renata, gadis itu mungkin terjatuh hingga ia harus dibantu oleh Steven untuk berjalan. Tapi kenapa Adelia sakit melihatnya? apa karena ia tidak pernah melihat Steven dan Renata bersentuhan? mereka jarang melakukan kontak fisik, mungkin itu kenapa Adelia merasa aneh melihatnya.

"Duhh, Delia! berhenti mikirin yang gak harus lo pikirin."

Gadis itu menepuk keningnya setelah mengingat sesuatu "Gue kan pulangnya sama Steven, gimana dong." bingungnya.

Adelia melangkahkan kakinya keluar sekolah, mungkin ia bisa memesan taxi atau naik bus. Steven pasti lupa kalau kemarin ia mengajak Adelia pulang bersama. Gadis itu mengotak-atik ponsel pintarnya sembari berjalan pelan, melihat sepasang sepatu di depannya Adelia spontan berhenti dan menatap orang di depannya. Matanya tak berkedip dengan sorot bingung terpampang jelas pada manik jernihnya.

Senyum orang di depan Adelia itu terbit, membentuk lengkungan ke dalam di pipinya. Steven dan senyum khasnya berhasil membuat Adelia membeku dengan hati yang menghangat.

"Kenapa lo?"bingung Steven karena Adelia hanya diam.

"Hah?"

"Hah hoh hah hoh, dikira gue keong apa." gerutu Steven.

Bloom Bloom || SooliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang