5. Rindu Pelukan Ibu

70 4 0
                                    

HAI HAI HAI

AKU UP LAGI YUHUUU

ABSEN HADIR DULU COBA 👉👉👉

___ooOoo___

Dua puluh menit, denio terus mendorong motornya. Keringat menetes begitu banyak dari pelipisnya. Napas cowok itupun terlihat ngos-ngosan.

Merasa sudah tidak kuat, denio kemudian menstandarkan motor sport tuanya itu. Dia lalu duduk di pinggir jalan, sambil mengusap keringatnya.

"Gak kuat gue..." Ucap denio menslonjorkan kedua kakinya. Mata cowok itu lalu memandangi pada motor itu. "Apa gue buang aja kali ya, ni motor? Udah gak guna."

Sedetik setelah mengucapkan itu, denio bergidik ngeri. "Gak jadi deh. Bisa-bisa gue diamuk sama papah. Udah tau, motor butut ini adalah motor kesayangannya."

Denio pun menghembuskan napas panjang. Dia kemudian melempar kerikil kecil pada motor ayahnya. "Nyusahin Lo!"

Denio benar-benar kesal sekarang. Jarak rumahnya masih sangat jauh. Tidak mungkin, dia terus mendorongnya. Bisa-bisa encok. Ingin menelpon ayahanda pun, tidak bisa. Karena saat ini adalah jam kerja.

Tidak lama kemudian, dua motor sport berhenti di depan denio. Cowok itu yang tadinya sedang menunduk, lantas jadi mendongakkan kepala.

"Ngapain Lo, den? Gue kira siapa yang lagi duduk di jalanan, tau-taunya Lo. Udah kayak gembel aja," celetuk cowok yang baru saja turun dari motornya. Mata yang kecil, hidung mancung, serta bibir yang tipis. Namanya, Galang Aditya.

"Udah mah mukanya melas. Berapa hari gak makan, nak?" Timpal Naufal dengan ekspresi meledek.

Mereka bertiga pun langsung mentertawakan denio.

"Gak usah ngeledekin gue!" Bentak denio sambil beranjak berdiri.

"Iya, iya, ampun," ucap Galang menyatukan kedua tangannya.

"Lagian Lo ngapain denio? Duduk slonjoran di pinggir jalan?" Tanya Danu kali ini.

Mereka bertiga adalah sahabat denio sejak masih SMP hingga saat ini yang sudah SMA.

Denio menatap mereka bertiga dengan malas. "Motor gue gak ada remnya. Tadi aja gue nabrak orang."

Mendengar itu, membuat mereka bertiga terkejut dan langsung membulatkan mata. "SERIUS?!"

Denio mengangguk. "Emang motornya aja udah butut. Tadi ada remnya, terus tiba-tiba gak ada. Pengen gue buang."

"Gila lo, den. Lo buang motor, udah kayak buang permen aja," ujar Naufal tidak habis pikir.

Naufal yang berada di samping galang, lantas jadi membisikkan sesuatu di telinga cowok itu. "Lo tau kan, kalo temen kita ini rada-rada?"

Galang memandangi Naufal, lalu manggut-manggut. "Bener juga Lo, fal. Efek kebanyakan duit, jadi gini nih."

"Ya kan?"

"Ngomongin apa Lo?" Tanya denio dengan wajah sangarnya, serta kedua tangan yang dilipat di depan dada.

"Kata si nau, Lo rada-rada den!" Ujar Galang malah mengadu.

MAHESATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang