Keesokkan harinya
Aurel bangun dan mulai menjalankan aktivitasnya seperti hari-hari sebelumnya, yaitu berangkat sekolah. Dan seperti biasa, ia terlihat sangat sangat tidak senang ketika berada di sekolah. Hal itu terlihat jelas dari bibirnya yang membentuk kerucut menghiasi wajahnya. Dan semuanya pun semakin memburuk ketika Aurel tak sengaja berpapasan dengan pria bernama Vino itu.
Berbeda dari perempuan Kebanyakan yang biasanya menghampiri Vino ketika melihatnya, Aurel justru buru-buru menghindari pria itu ketika melihatnya. Tapi apalah daya jika memang sudah takdir? Walaupun sudah berusaha menghindar dari pria itu, Aurel justru tetap berpapasan dengan pria itu.
"Lo segitu takutnya sama gue sampe mau menghindar gitu?"" Tanya Vino.
"Maaf, gue buru-buru." Ucap Aurel lalu dengan cepat Gadis itu berlari menuju kelasnya.
Vino menatap ke arah wanita itu yang berlari menjauh darinya. Ia pun kembali melebarkan sebelumnya karena merasa puas setelah mengganggu wanita itu. Vino pun melangkahkan kakinya ke kelas karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.
Skip jam pelajaran
Kriiiing
Bel istirahat telah berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar dari kelas mereka dan pergi menuju tempat tujuannya masing-masing. Tapi Aurel malah lebih memilih untuk tetap duduk manis di dalam kelasnya.
Suasana kelas tampak sepi karena semua siswanya pergi meninggalkan kelas itu. Dan itulah yang disukai oleh Aurel-----si gadis penyendiri itu. Menurutnya suasana kelas yang sepi adalah suasana ternyaman. Tapi kenyamanan dan ketenangan Gadis itu terusik ketika Vino datang menghampirinya.
"Hei! Beliin gue minum dong!" Ucap Vino sambil memberikan sejumlah uang pada Aurel.
"T-tapi gue-"
"Udah! Jangan banyak alasan! Cepetan beliin! Gue haus!" Ucap Vino yang memotong kalimat Aurel.
"K-kenapa gak lo sendiri aja yang beli ke kantin?" Tanya Aurel.
Mendengar hal itu, Vino memukul meja Aurel dengan sangat keras dan menatap gadis itu dengan tajam. "Beliin gue minum sekarang atau lo akan terima akibatnya."
Satu kalimat itu sudah cukup membuat Aurel ketakutan dengan pria yang ada di depannya. "I-iya, g-gue beliin." Ucap Aurel lalu mengambil uang dari tangan Vino dengan gemetar. Lalu Aurel pun bangkit dari duduknya
Vino yang mendengar itu pun lantas tersenyum. "Yang dingin, ya!" Ucap Vino yang sepertinya tidak didengar oleh gadis itu. Aurel terus saja melangkahkan kakinya keluar kelas tanpa menoleh pada pria yang sedang bicara padanya itu.
Dengan cepat, Aurel melangkahkan kakinya untuk melakukan apa yang disuruh oleh pria itu. Ia pergi ke kantin, membeli sebuah minuman, lalu kembali ke kelasnya untuk memberikan minuman itu.
"I-ini." Ucap Aurel sambil memberikan segelas air mineral dingin pada Vino.
"Kan gue maunya es jeruk kenapa kalau lo beliin air mineral?" Tanya Vino.
"T-tadi lo nggak bilang."
"Harusnya Lo nanya dulu dong! Argh! Sialan!" Ucap Vino yang mengambil air itu dengan kasar dari tangan Aurel.
Lalu secara sengaja menumpahkan sedikit Minuman itu pada seragam Aurel yang membuat seragam Aurel sedikit basah. Mendapatkan perlakuan seperti itu, Aurel hanya tertunduk sambil menahan rasa takutnya. Ia tidak berani menetap pria di depannya itu.
"M-maaf." Ucap Aurel yang masih tertunduk.
"Argh! Ya udah sana!" Ucap Vino. Aurel pun langsung bergegas keluar dari kelas itu.
Karena tidak tahu tujuan, Aurel duduk termenung di tangga sambil melihat pemandangan yang ada di bawahnya dengan tetapan kosong dengan tangan yang menopang dagunya.
Kini Aurel merasa sangat lelah dengan sekolah ini. Belum sempat rasa takutnya itu sembuh, kehadiran pria bernama Vino itu malah makin memperburuk keadaan.
"Aurel!" Panggil Via yang berhasil membuat Aurel terkejut.
"Hei, kamu kenapa? Kok ngelamun?" Tanya Via.
Aurel menatap kakaknya itu untuk beberapa saat. Ia tersenyum kecil pada kakaknya dan berkata, "gak papa kok, kak." Jawab Aurel.
"Are you sure?" Tanya Via lagi untuk memastikan.
"I'm sure." Jawab Aurel.
Seakan sudah mengerti apa yang terjadi dengan adiknya, Via menghela nafas panjangnya dan mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Ikut aku ke kantin, yuk!" Ajak Via yang mendapat anggukan dari Aurel.
Via pun membantu Aurel berdiri dari duduknya Lalu setelah itu dia pun pergi bersama Aurel ke kantin. Sesampainya di kantin mereka langsung disambut oleh seorang wanita yang memanggil Via dengan begitu kencang.
"Via!" Pqnggil wanita itu.
"Sumpah dari tadi gue tungguin. Lu ke mana aja sih? Lama banget! Sampe gosong kulit gue gosong gara-gara kepanasan kelamaan nungguin lo atau enggak?" Oceh wanita itu.
"Aduh, Vio. gak usah lebay deh. Itu buktinya kulit lo nggak kenapa-napa." Ucap Via.
"Itu namanya pengekspresian emosional tau gak?" Protes Vio.
"Sama aja lebay!"
"Beda ya!"
Ocehan Vio berhenti ketika ia melihat seorang gadis manis yang berada di samping Via.
"Eh hai, Aurel!" Sapa Vio.
"Ya ampun Aurel! Baju kamu kok basah gitu sih?" Tanya Vio.
Mendengar perkataan temannya, spontan Via langsung melihat baju Aurel. Begitupun juga dengan Aurel yang melihat bajunya sendiri.
"Oh iya, aku baru sadar. Itu kenapa, Aurel?" Tanya Via yang melihat baju Aurel yang sedikit basah.
"Hmm tadi sengaja ke tumpahan minum Kak." Jawab Aurel.
"Ya ampun makanya lain kali hati-hati ya. Untung itu basahnya cuman dikit." Ucap Via.
"Hehe iya kak."
"Ya udah Aurel, kamu duduk di sebelah Vio dulu ya. Aku mau mesen makanan." Ucap Via.
"Oke, kak." Ucap Aurel.
Aurel pun langsung duduk di tempat yang kakaknya maksud. Sedangkan Via langsung pergi untuk memesan makanan. Aurel tidak membuka suaranya sedikitpun dan lebih memilih untuk melihat-lihat pemandangan di sekitar.
Cukup banyak siswa yang berada di kantin saat itu. Banyak juga dari mereka yang berkumpul dan bercanda gurau dengan teman mereka. Suara canda dan tawa dari para siswa itulah yang membuat suasana kantin itu menjadi ramai. Tapi Aurel yang melihat semua itu justru terlihat tidak nyaman dengan keramaian itu. Ia merasa dirinya berada dalam sendirian di tengah keramaian.
"Aurel! Kamu kenapa?" Tanya Vio.
"Gak papa, kak." Jawab Aurel sambil terus menatap ke arah siswa-siswa itu.
"Aurel, aku emang nggak tau Kenapa kamu kelihatan murung setiap di sekolah. Tapi aku cuma mau bilang kamu jangan kayak gini terus. Kalau kamu kayak gini terus yang ada kamu bikin kakak-kakak kamu khawatir. Mulailah beradaptasi, oke?"
Aurel pun tersentak ketika mendengar perkataan Vio. Aurel pun menatap Vio beberapa saat dan kemudian tersenyum.
"Iya, kak." Ucap Aurel.
"Gak segampang itu, kak." Batin Aurel.
TBC
Akhirnya setelah revisi berkali-kali publish juga nih ceper :)
Maaf ya aku lama up nyaaa makanya kalian jangan lupa vote dan comment supaya aku makin semangat lagi up nya yaa ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTBEAT
Teen Fiction"Kau adalah alasan aku masih bertahan hidup sampai sekarang. Jadi kumohon jangan pernah pergi dari hidupku, jantung hatiku." Bagi Kebanyakan orang keluarga adalah tempat ternyaman dan rumah untuk tempat kita pulang. Tapi berbeda bagi pria satu ini...