35. Ruang BK

11 4 0
                                    

Pagi yang cerah telah datang kembali. Semua orang kembali melakukan aktivitasnya seperti biasa. Begitupun juga Aurel yang kembali menghabiskan waktunya di sekolah.

Para siswa sekolah itu terlihat duduk di tempatnya masing-masing sambil memperhatikan Sang guru yang sedang menjelaskan pelajaran di depan kelas. Tak ada yang berani mengeluarkan suara ricuh sedikitpun. Semuanya memperhatikan guru itu dengan seksama.

Kriiiiing

Bel istirahat pertama sudah berbunyi. Aurel berlari di lorong mengejar teman-temannya yang sudah terlebih dahulu berjalan menuju kantin.

Bruk!

Tanpa sengaja, ia menabrak seorang gadis yang membuat air yang dipegangnya tumpah dan membasahi bajunya.

"Maaf maaf." Ucap Aurel.

Aurel menghalau nafas panjangnya ketika ia melihat wajah gadis yang baru saja bertabrakan dengannya itu.

"Lo lagi!? Lo emang gak berubah ya dari dulu!" Marah Raisa.

Tersulit amarah, Raisa mencengkram lalu menarik tangan Aurel. Aurel pun tidak pasrah begitu saja. Ia memberontak. Namun hal itu nampaknya sia-sia. Raisa terus saja menariknya tanpa mempedulikan Aura yang kita kesakitan.

"Lepasin!" Pinta Aurel.

"Lo harus gue kasih pelajaran karena udah bikin baju gue basah!" Ucap Raisa.

"Kan gue udah minta maaf tadi." Ucap Aurel.

"Lo pikir kata maaf lo bisa bikin baju gue yang basah jadi kering lagi hah!?" Ucap Raisa.

"Lo mau belum aku ke mana sih!?" Tanya Aurel.

"Diem! Nggak usah banyak nanya!" Ucap Raisa.

Tak lama kemudian, Raisa membawa Aurel ke depan pintu toilet. Aurel yang sudah mengerti akan apa yang akan dilakukan oleh Raisa pun segera mendorongnya dengan keras yang berhasil membuat tubuh Raisa menjauh darinya dan terjatuh. Kesempatan itulah yang dimanfaatkan oleh awalan untuk lari meninggalkan Raisa di sana.

"Mau kemana lo!?" Teriak Raisa.

"Sial! Dia kabur. Tumben dia bisa ngelawan kayak gitu? Biasanya dia selalu jadi pengecut kalo udah gue gertak." Batin Raisa.

"Argh! Awas aja lo!" Ancamnya dalam batinnya.

Raisa pun pergi meninggalkan pesan itu dengan perasaan kesalnya. Baik Aurel maupun Raisa, Tak ada satupun dari keduanya yang menyadari seorang laki-laki memperhatikan gerak-gerik keduanya dari kejauhan. Laki-laki Itu tampak melebarkan senyumnya.

"Good job, Aurel!" Batin laki-laki itu lalu pergi.

Setelah dia rasa cukup jauh, Aurel berhenti berlari. Gadis itu mengatur nafasnya yang terengah-engah. Ia menoleh ke belakang.

"Huff untung dia gak ngejar kan." Batin Aurel.

Tiba-tiba ia teringat Vino yang diucapkan kepadanya kemarin dan baru menyadari maksud perkataan itu.

"Sebenernya ada satu hal yang bisa lo lakuin. Tapi lo terlalu penakut buat ngelakuinnya."

"Jadi maksud dia kemarin itu gue harus berani buat melawan Raisa?" Batin Aurel. Ia pun melangkah pergi menghampiri kedua temannya yang berada di kantin.










Sementara itu di kantin, seorang gadis terlihat tengah duduk sendirian di tempatnya soalnya sedang menunggu seseorang. Tak lama kemudian seorang gadis lainnya pun datang menghampirinya dengan membawa beberapa makanan di tangannya.

HEARTBEATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang